Kekerasan dalam Pendidikan Makin Masif

Senin, 01 Mei 2017 – 16:10 WIB
Kekerasan pada anak. Foto: JPG

jpnn.com, JAKARTA - Ada dua hal penting yang menjadi catatan FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia) dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2017. Pertama, kekerasan dalam pendidikan yang semakin masif dan mengerikan.

Kedua, berkurangnya sikap toleran dalam menerima keberagaman dan menurunnya nilai-nilai kebangsaan di sekolah. Kedua hal tersebut terkait dengan karakter.

BACA JUGA: Jelang Hardiknas, Saatnya Kedudukan Guru Dikembalikan

Kondisi tersebut, menurut Sekjen FSGI Retno Listyarti, mendorong Kemdikbud mengeluarkan Permendikbud tentang budi pekerti, sekolah aman. Di samping Surat Edaran agar semua sekolah menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap mulai pelajaran pertama dan mengakhiri pelajaran jam terakhir setiap harinya.

"Apakah kebijakan ini tepat dan implementatif dalam memperkuat nilai-nilai kebangsaan?,” ujar Retno dalam diskusi pendidikan, Senin (1/4).

BACA JUGA: DPR Akhirnya Mengesahkan UU Sistem Perbukuan

Menurut Doni Koesoema yang juga menjabat sebagai Dewan Pengawas FSGI, pendidikan karakter harus menjadi poros dan roh dalam mengelola pendidikan nasional.

Untuk itu, perlu komitmen dan konsistensi pemerintah melalui regulasi yang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran di kelas, pengembangan budaya sekolah sebagai komunitas moral pemelajar, dan membangun kolaborasi dengan masyarakat secara fair dan adil dalam peningkatan kualitas pendidikan.

BACA JUGA: Untuk Guru, Simaklah Pesan Penting Pak Mendikbud Ini

"Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalui empat dimensi pengolahan hidup, olah rasa, olah pikir, olah hati, dan olah raga, harus dikembalikan dalam setiap kinerja pendidikan," terang Doni.

Sementara Asrul Raman, pengurus SEGI Bima mengungkapkan, pendidikan karakter di sekolah selama ini diberikan tanggung jawab kepada guru BP/BK. Ini problem dasarnya sehingga yang terjadi hanya penindakan tanpa dibarengi pencegahan.

"Pendidikan karakter semestinya melibatkan cognitive, feeling dan action. Ketiga aspek tersebut harus saling menyelimuti satu sama lainnya. Dan tentu harus ada yang mengawalnya, yaitu aktor yang terlibat. Intinya. Pendidikan karakter harus dikawal oleh banyak pihak, baik di dalam maupun di luar sekolah," paparnya.(esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendikbud Minta Reformasi Sekolah Mulai Tahun Ajaran Baru


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler