jpnn.com - SEOUL - Kekeringan melanda Korea Utara (Korut). Pemerintahan Kim Jong-un menyebut kekeringan kali ini sebagai yang paling parah dalam kurun waktu satu abad terakhir. Kekhawatiran pun melanda rakyat negeri komunis tersebut. Apalagi, belakangan cadangan bahan pangan di negara mereka juga menipis.
"Kekeringan terparah sepanjang 100 tahun terakhir masih berlanjut dan menyebabkan timbulnya banyak bencana," terang Korean Central News Agency (KCNA) kemarin (17/6). Lebih dari 30 persen sawah di seantero Korut, menurut media resmi pemerintah itu, kering kerontang. Padi-padi pun gagal panen. Para petani gigit jari. Akibatnya, lumbung-lumbung kekurangan padi.
BACA JUGA: Galang Dana untuk Syuting Film Dewasa di Luar Angkasa
Empat provinsi penghasil padi terbesar Korut mengalami dampak terparah kekeringan kali ini. Hampir seluruh sawah di provinsi Hwanghae Selatan, Hwanghae Utara, Pyongan Selatan, dan Hamgyong Selatan mengering. "Jika dibandingkan dengan tahun lalu, curah hujan di Korut tahun ini jauh lebih sedikit. Terutama di provinsi-provinsi yang dikenal sebagai lumbung padi," kata Kim Young-jin dari Badan Meteorologi Korea.
Kim mengatakan bahwa hujan yang mengguyur wilayah utara Korut tahun ini sangat sedikit. "Tahun ini curah hujan tidak sampai separo tahun lalu," lanjut pria Korea Selatan (Korsel) tersebut. Sebagai wilayah penghasil padi, empat provinsi yang kebetulan berada di utara itu pun harus menelan pil pahit. Dampaknya, seluruh masyarakat Korut pun terancam kelaparan.
BACA JUGA: Parah! Muslim Uighur Dilarang Puasa, Toko Harus Jualan Alkohol
Pekan lalu Kementerian Unifikasi Korsel meramalkan bahwa produksi pangan Korut tidak akan sebagus tahun lalu. Tahun ini, menurut kementerian, hasil panen padi akan turun sekitar 20 persen. Prediksi itu akan menjadi lebih buruk jika hujan tidak kunjung turun sampai Juli mendatang. Sejauh ini, dampak kekeringan baru terasa pada sektor agrikultur saja.
Selain masalah curah hujan, menurut Kim, ancaman kekurangan pangan di Korut muncul karena masalah pupuk. Belakangan, pasokan pupuk di beberapa wilayah Korut berkurang. "Impor pupuk dari Tiongkok meningkat dua kali lipat tahun ini. Padahal, tiap tahun Korut sudah mengimpor pupuk dalam jumlah sangat besar," ungkap Kwon Tae-jin, pakar dari GS&J Institute.
BACA JUGA: Nyapres Bermodal Rp 120 Triliun, Donald Trump Yakin Kalahkan ISIS
Meningkatnya jumlah permintaan pupuk itu menunjukkan bahwa Korut kekurangan pasokan. "Tampaknya, ada situasi yang sangat serius yang Korut hadapi," ungkap Kwon.
Biasanya, lanjut dia, Korut sangat tertutup soal persediaan pangannya. Meski tahun lalu sempat mengalami kekeringan parah, Pyongyang berhasil mencegah kelaparan dan kekurangan pasokan. Tapi, kali ini Korut tampaknya kewalahan. (AP/AFP/BBC/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabur dari Kebun Binatang, Harimau Bunuh Warga, Jaguar Masih Berkeliaran
Redaktur : Tim Redaksi