Kekeringan, Warga Mulai Krisis Air

Senin, 09 Juli 2018 – 16:26 WIB
Warga terkena dampak kekeringan. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, PACITAN - Kekeringan sudah mulai terjadi di  wilayah Pacitan, Jawa Timur. Parahnya, beberapa desa di Kota 1001 Gua itu sudah mengajukan permintaan dropping air bersih.

Hal tersebut tak terlepas dari semakin minim, bahkan tak adanya, sumber air. "Sudah kami lakukan dropping air," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan Windarto.

BACA JUGA: Dua Kecamatan di Magetan Dilanda Krisis Air Bersih

Windarto mengungkapkan, setiap hari setidaknya dua hingga tiga truk tangki dropping air dari BPBD Pacitan mendistribusikan air bersih.

Tak jauh berbeda dengan tahun lalu, kebanyakan permintaan datang dari 28 desa yang masuk zona merah kekeringan.

BACA JUGA: Kekeringan, Panen Padi 200 Hektar Rusak Berat

Tahun lalu di antara 12 kecamatan, hanya wilayah Tegalombo yang masuk zona ring dua, tetapi tahun ini berbeda. Di Tegalombo, misalnya, beberapa desa telah mengajukan permintaan air bersih.

"Kebanyakan meminta dropping air karena pipa PDAM mereka rusak," terang Windarto.

BACA JUGA: Warga di 10 Desa Menderita Kekeringan

Permintaan air juga datang dari Desa Watukarung. Serupa dengan di Kecamatan Tegalombo, rusaknya pipa PDAM menjadi penyebab kesulitan air.

Bencana yang terjadi akhir tahun lalu, lanjut Windarto, menjadi penyebab banyaknya pipa air rusak.

''Di beberapa lokasi, pipa sudah diperbaiki. Jadi, tak semua permintaan setelah kami survei masih membutuhkan air. Ada yang membatalkannya," katanya.

Windarto mengungkapkan, untuk mengantisipasi kekeringan, lima truk tangki telah disediakan BPBD untuk memasok air bersih ke berbagai lokasi di Pacitan.

Tak tanggung-tanggung, total ada 23 ribu liter terpisah dalam lima truk tangki.

Yakni, 3 berukuran 4.000 liter, 1 berukuran 5.000 liter, dan 1 lainnya 6.000 liter. Jika berdasar pengalaman tahun lalu, jumlah itu sudah mencukupi untuk memasok air bersih di 11 kecamatan di Pacitan.

''Nanti air bakunya dari PDAM untuk suplai air bersih," jelas Windarto.

Dia menambahkan, lokasi kecamatan-kecamatan di Pacitan yang berbatu karts dan berbukit membuat air sulit tersimpan saat musim hujan.

Air memang bisa meresap ke dalam tanah. Namun, karena jarak antara permukaan tanah dan sumber air dibatasi bebatuan karts, sumur tradisional sulit dibuat.

Butuh puluhan meter menembus bukit untuk mencari air. Ditambah, mayoritas penduduk di beberapa kecamatan tinggal di atas bukit berbatu keras tersebut.

''Alhasil, air tanah sulit dicari kalau musim kemarau," sambung Windarto. (mg6/rif/c7/end/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Warga Krisis Air karena Banjir Bandang


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler