Itulah pemandangan yang saya saksikan Minggu (4/7) siang hingga sore lalu, ketika saya mengelilingi kota tersebut
BACA JUGA: Aldo, Sang Koki Tim Uruguay
Suasana jalanan di dalam kota yang macet, tak ada lagi, seperti yang pernah saya rasakan saat sedang ada pertandingan di kota ituBACA JUGA: Keduluan Pemain Jerman
Kendaraan tak ada yang boleh melintasSiang itu sebenarnya saya ingin mampir ke Stadion Loftus Versfeld
BACA JUGA: Dilarang Memotret Batik Presiden
Saya ingin tahu, bagaimana suasana di sana, ketika sudah tak dipakai lagi untuk pertandinganTapi, keinginan saya itu tak bisa terwujudSebab, begitu mobil yang saya tumpangi akan masuk ke jalan menuju ke stadion (kira-kira 2 kilometer menuju stadion), ternyata aksesnya ditutupDi sana masih ada beberapa polisi yang berjaga-jaga.Salah seorang dari polisi itu mengatakan, meski tak ada pertandingan, stadion yang bisa menampung 45 ribu penonton itu masih dinyatakan tertutup untuk umumHanya orang-orang dengan izin khusus yang boleh masukIni sama seperti kondisi di Stadion Mbombela, NelspruitSebelum ke Loftus, saya sempat ke MbombelaKedua stadion itu sama-sama tak lagi dipakai sebagai venue host pertandingan.
Karena tak boleh masuk ke Stadion Loftus, saya memutuskan untuk mengelilingi Kota PretoriaKota ini memang tak sesibuk JohannesburgPretoria hanya dihuni sekitar 1 juta pendudukJika Johannesburg dikhususkan sebagai kota bisnis, Pretoria dijadikan sebagai ibukota administratif, sekaligus sebagai kota pelajar.
Sejumlah bangunan bersejarah dengan cita rasa arsitektur klasik tingkat tinggi, berada di kota ituMisalnya yaitu monumen Voortrekker yang berlokasi di sebelah barat laut pinggir kotaMonumen ini dibangun untuk memperingati kisah para pejuang yang melarikan diri dari otoritas Inggris di Provinsi CapeSaat itu mereka berjalan sejauh 1.000 mil dengan kereta lembu.
Bangunan yang tak kalah megah dan besarnya adalah Union BuildingsLokasinya tak seberapa jauh dari Stadion Loftus, yakni di sebelah utaranyaGedung berarsitektur seperti bangunan megah di Eropa yang selesai dibangun sejak 1913 ini sampai sekarang dijadikan sebagai markas administratif Afrika SelatanDi sinilah tempat tinggal presiden dan kantor-kantor perwakilan negara asing.
Di sebut Union Buildings, karena gedung itu dibangun untuk memperingati penyatuan negaraKarena itu, gedung tersebut punya dua sayap: yang satu mewakili Afrikaaner, serta satunya lagi mewakili populasi InggrisSaya pernah ke RomaSekilas, bangunan di Union Buildings itu terlihat mirip dengan arsitektur bangunan-bangunan kuno di Kota Roma.
Semakin mengelilingi Kota Pretoria, semakin asyik sajaSelain kebetulan jalanan sedang tidak macet, situasi kota sore itu benar-benar asyik untuk dinikmatiSaya sempat diajak ke sebuah kawasan elit di Pretoria, yang letaknya berada di dataran tinggiDari kawasan itu, saya bisa menyaksikan kota Pretoria dari atasKarena saat itu suasananya sudah mendekati malam, maka kerlap-kerlip lampu menambah indahnya bangunan-bangunan itu jika disaksikan dari atas.
Teman saya Yuyung Abdi yang redaktur foto di Jawa Pos tak mau melewatkan kesempatan ituSaya dan dia lantas mencari lokasi di tanah kosong di antara bangunan-bangunan rumah elit ituSetelah berputar-putar, akhirnya dapatlah kami lokasi tanah kosong ituKetika sedang asyik membidik objek (Kota Pretoria dari atas), tiba-tiba kami dikejutkan oleh gonggongan anjing yang berada di dalam rumah, sebelah tanah kosong itu.
Suara gonggongan anjing itu sempat mengganggu konsentrasi teman saya dalam membidik objekTapi, setelah yakin bahwa anjing itu tak bakalan lepas, maka kembali teman saya itu bisa tenang dalam membidik objek yang diinginkannyaBeberapa kali ke Pretoria, baru saat itulah saya bisa menikmati kota tersebut(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hadiah Naik Kelas ke Afsel
Redaktur : Tim Redaksi