Kelompok 78 Mulai Tuai Kecaman

Selasa, 19 April 2011 – 13:41 WIB
JAKARTA - Simpati yang diberikan banyak kalangan kepada mayoritas suara yang menginginkan perubahan kini mulai berbalik menjadi kecamanIni setelah beberapa pihak yang mengaku mewakili 78 suara (yang menggelar kongres 26 Maret Pekanbaru) ngotot bakal menggelar kongres sendiri jika FIFA tidak meluluskan keinginan mereka

BACA JUGA: Red Devils Bangkit atau Dibikin Sulit

Yaitu memperbolehkan George Toisutta, Arifin Panigoro, dan Nirwan Bakrie dicalonkan menjadi Exco PSSI (di dalamnya termasuk Ketum dan Waketum).

Mereka juga menuntut FIFA mengakui hasil kongres pembentukan Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP) hasil kongres 14 April lalu di Hotel Sultan Jakarta
Kongres itu sendiri tidak sesuai dengan instruksi FIFA yang dalam suratnya 4 April lalu menegaskan jika Komite Normalisasi (KN) juga bertindak sebagai KP

BACA JUGA: AS Roma v Inter Milan: Harus Serius!

Jadi tidak perlu lagi dibentuk KP baru.

Koalisi Independen untuk Rekonsiliasi Sepakbola Nasional (Konsen) yang beranggotakan kalangan tokoh, akademisi, media, politisi, dan seniman kemarin mengatakan kecewa dengan terjadinya upaya penekanan dan intimidasi terhadap kinerja KN
"Kami sangat kecewa dan marah terhadap semua upaya penekanan dan intervensi yang dilakukan terhadap Komite Normalisasi," ujar Effendi Ghazali, salah satu pentolan Konsen di gedung DPR, kepada wartawan kemarin

BACA JUGA: Akhir Dominasi United di PFA

Menurut pakar komunikasi ini, sikap yang diambil kelompok mayoritas suara itu bertentangan dengan visi revolusi PSSI menuju pemilihan Ketum, Waketum dan anggota Exco yang sudah sangat jelas ditentukan FIFA melalui suratnya 4 April lalu.

Sebelumnya, kelompok 78 yang mengambil-alih kongres di Pekanbaru, Riau, 26 Maret lalu, adalah pihak yang paling getol menentang Nurdin mencalonkan diri lagi menjadi ketua umum PSSI periode 2011-2015Tapi, setelah FIFA mengeluarkan keputusan pembentukan KN melalui surat tertanggal 4 April, kelompok tersebut malah memandang sinis instruksi tersebutMenurut mereka, keputusan FIFA itu melanggar Statuta FIFAKelompok mayoritas itu akhirnya mendesak KN yang diketuai Agum Gumelar menyelenggarakan kongres 14 April lalu yang menghasilkan pembentukan KP dan KBP.

Tak hanya itu, kelompok 78 juga menekan salah seorang anggota KN, FX Hadi Rudyatmo, agar menandatangani Surat Keputusan Pencabutan 54 SK berisi sanksi yang ditetapkan PSSI, serta surat permintaan supaya Persema Malang dan Persibo Bojonegoro bisa kembali menjadi anggota pemilik suara PSSIFX Rudy, sapaan FX Hadi Rudyatmo, bahkan mengaku diintimidasi oleh seorang oknum petinggi militer gara-gara menolak menandatangani surat-surat tersebut.

FX Rudy yang kemarin "mengadu" ke DPR, mengungkapkan permasalahan KN dimulai saat mereka bertemu dengan Kelompok 78 beberapa waktu laluSaat itu, Harbiansyah Hanafiah dkk berusaha memaksakan kehendak agar digelar kongres pendahuluan yang pada akhirnya terjadi di Hotel Sultan pada 14 AprilSetelah kongres, Rudy mengaku diminta menandatangani dua surat tersebut yang akhirnya ia tolak.

"Desakan demi desakan itu membuat saya jadi bertanya-tanyaKelompok 78 ini ingin melakukan reformasi sepakbola, atau malah mau merusak sepakbola?" tegas Wakil Walikota Solo ini.

FX Rudi Hadi mengaku didatangi sebanyak dua kaliYang pertama terjadi Kamis (14/4) malam oleh Wakil Acting Sekjen PSSI, Johar Arifin, anggota KN Dityo Pramono, serta salah satu petinggi LPI (Liga Primer Indoensia), WijayantoYang kedua terjadi Sabtu (16/4) pagi kemarin, di mana FX Rudy mengaku didatangi oleh Kolonel Jerry WalelangMengenai terlibatnya Dityo, Rudy mengungkapkan bahwa kecuali Agum GUmelar dan Acting Sekjen PSSI Joko Driyono, kelima anggota KN yang lain juga menandatangani surat yang disodorkan oleh Johar tersebut.

Saat dihubungi kemarin, Johar Arfiin tak menyangkal telah meminta FX Rudi menandatangani surat tersebutNamun, staf ahli Menpora itu menyangkal dirinya melakukan penekanan terhadap RudyMenurut Johar, sikap Rudy yang menolak menandatangani surat-surat tersebut adalah hal yang biasa"Jika tidak mau tanda tangan, ya, tidak usah tanda tanganSaya kira itu biasaNamun saya tidak mungkin menekan beliau," ujar Johar(ali/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menjauh dari Capolista


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler