jpnn.com, JAKARTA - Kelompok aktivis reformasi dari Gerak 98 kembali menggelar diskusi dan bedah Buku Hitam Prabowo Subianto, Sejarah Kelam Reformasi 98. Bedah buku itu dilangsungkan di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Senin (18/12).
Penulis buku Buya Azwar Furgudyama yang hadir sebagai pembicara kunci mengingatkan masa depan demokrasi kali ini berada dalam ancaman nyata.
BACA JUGA: Megawati Dapat 2 Buku dari Paus Fransiskus tentang Krisis Iklim dan Kemanusiaan
Menurutnya, rekam jejak Prabowo Subianto sarat dengan sejarah kelam dan kini tampil kembali dalam kontestasi Pilpres 2024.
Azwar menganggap realitas demokrasi saat ini berpotensi besar kembali ke masa Soeharto di masa lalu dengan dimensi yang baru.
BACA JUGA: Sejumlah Elemen Pergerakan Bedah Buku Hitam Prabowo di Bandung
"Persandingan Prabowo Subianto dengan Gibran Rakabuming, merupakan model ancaman sempurna yang berpotensi untuk memutar kembali haluan demokrasi yang telah susah payah kita bangun melalui gerakan reformasi 98. Kita semua tahu bagaimana proses politik Gibran yang dengan terang benderang menerima manfaat dari putusan kontroversial MK. Terlebih rekam jejak Prabowo yang belum tuntas sepenuhnya dari sejarah masa lalunya," kata dia.
Dia melanjutkan bisa saja Presiden Jokowi saat ini dapat menitipkan agenda politiknya kepada Prabowo Subianto melalui Gibran.
BACA JUGA: Anies dan Prabowo Buka Buku Lama, Ganjar Merasa Tak Enak Lalu Mohon Maaf
Namun, Buya mengingatkan potensi Prabowo untuk berkhianat itu sangat besar dan itu terlihat pula dari rekam jejaknya.
"Soeharto saat itu kekuasaannya sedang lumpuh. Jokowi nanti tidak lagi menjadi presiden dan berkuasa seperti saat ini. Jadi, potensi pengkhianatan akan terjadi. Apalagi Prabowo punya partai dengan suara besar, sedangkan Jokowi tidak," sambungnya.
Sementara itu, aktivis NU Savic Alieha yang turut hadir sebagai narasumber mendorong semua kelompok masyarakat sipil untuk terus menyuarakan dan memperjuangkan kemanusiaan dalam konstruksi demokratis.
Dia juga menyatakan kesiapannya untuk mengawal proses demokratisasi agar tidak kembali ke masa otoriterianisme.
"Buku ini adalah bagian dari merawat ingatan publik untuk terus menyuarakan kebenaran dan keresahan para korban dan keluarga korban. Kita siap untuk terus kembali menjadi garda depan melawan dan menggagalkan orang yang tidak layak memimpin di negeri ini," ujarnya. (tan/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aktivis Mahasiswa di Serang Bedah Buku Hitam Prabowo
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga