DEAUVILLE - Krisis politik Libya menjadi salah satu agenda penting dalam pertemuan G8 di Prancis kemarin (27/5)Amerika Serikat (AS) dan sekutu Eropanya sepakat bahwa kepemimpinan Muammar Kadhafi di Libya harus berakhir
BACA JUGA: Gila, 28 Masjid Dihancurkan Tentara
Rusia yang semula tak sepakat dengan pernyataan itu pun berubah pikiran dan memberikan dukungan"Kami mendesak penghentian kekerasan terhadap rakyat sipil oleh rezim Libya
BACA JUGA: UU Bir Diusulkan jadi Warisan Budaya Dunia
Kami juga mendesak rezim yang berkuasa tak lagi melancarkan serangan bersenjata di permukiman warga," tulis G8 dalam kesepakatan bersama yang dirilis kemarinMenurut mereka, Kadhafi sudah kehilangan legitimasinya sebagai pemimpin Libya
BACA JUGA: Strauss-Kahn Pindah Tahanan di Kawasan Selebriti
Sebab, semakin hari, pengaruhnya dalam masyarakat semakin pudarTak hanya mengecam kepemimpinan Kadhafi, negara-negara G8 juga menuntut tanggung jawab rezim yang menyerang masyarakat"Mereka yang melakukan kekerasan atau penyerangan terhadap warga sipil harus ditangkap dan diseret ke pengadilanSeluruh pelanggaran ini tak mungkin tak akan berdampak hukum," lanjut para pemimpin G8
Mereka juga menyambut baik langkah Mahkamah Kriminal Internasional (ICY) akal melancarkan investigasi hukum di LibyaLewat investigasi itu, diharapkan ICY bisa mengumpulkan bukti-bukti pelanggaran rezim KadhafiDengan demikian, mereka yang bersalah bisa diseret ke meja hijau untuk menjalani proses hukumTak terkecuali Kadhafi yang konon memerintahkan sendiri represi terhadap warga sipil
"Kadhafi dan pemerintah Libya telah gagal menunaikan mandat mereka sebagai pemimpin yang seharusnya mengayomi rakyatMereka juga telah kehilangan legitimasi sebagai pemimpinKadhafi jelas tak punya masa depan lagi di Libya baru yang demokratisKarena itu, dia harus mundur," terang para pemimpin G8Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pun membenarkan hal tersebut
Kemarin, Rusia menyatakan kesediaannya untuk terlibat langsung dalam penyelesaian konflik di LibyaUtusan Khusus Rusia untuk Afrika, Mikhail Margelov, mengaku siap mengakomodasi pertemuan dua kubu Libya demi berakhirnya krisis politik yang semakin berlarut"Tugas kami adalah memformulasikan solusi yang bisa diterima oleh kedua belah pihak sampai pada gencatan senjata," katanya
Bersamaan dengan itu, NATO melaporkan bahwa pasukan Kadhafi menanam ranjau di Kota Misrata untuk menggembosi perlawanan gerilyawan prodemokrasi"Pagi ini kami menerima laporan bahwa pasukan Kadhafi membuat ladang ranjau di MisrataIni menyalahi hukum internasional," ungkap Letjen Charles Bouchard, komandan NATO di LibyaDalam waktu dekat, NATO akan mengirimkan tim penjinak ranjau ke sana(AFP/hep/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Iran Segera Beberkan Pengakuan Agen CIA
Redaktur : Tim Redaksi