jpnn.com, MURATARA - Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Rupit, Muratara, Sumsel, mendadak mencekam lantaran keluarga salah seorang pasien tiba-tiba mengamuk.
Sejumlah paramedis yang tengah memberikan pelayanan mendapat ancaman dari mereka. Bahkan ada dokter dan sopir ambulans rumah sakit yang dianiaya.
BACA JUGA: Dua Pegawai BPK Dianiaya Kontraktor di Nias Utara
Informasinya, warga yang mengamuk berinisial Wan, 30, warga Desa Lubuk Rumbai Baru, Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara.
Hari itu, dia ikut mengantar kakaknya yang sakit ke RSUD Rupit. Pasien lalu ditempatkan di ruang UGD oleh petugas. Merasa menunggu lama dan menilai pelayanan lambat, Wan dan empat orang keluarganya marah.
BACA JUGA: Tersangka Penganiayaan Anggota TNI Dipastikan 5 Orang
Mereka berteriak-teriak dan menggebrak meja.
Wan menghampiri dr Wiyoga yang piket jaga. Dia lalu memukul persis ke arah wajah sang dokter. Walau berusaha ditepis, tapi tetap saja bibir korban terluka. Empat keluarganya yang lain ikut-ikutan. Mereka mengeluarkan senjata tajam (sajam) dan mengancam akan membunuh semua petugas medis yang tengah bertugas saat itu.
Keributan itu disaksikan puluhan pasang mata. Sopir mobil ambulans RSUD Rupit, Haryono, mencoba menenangkan para pelaku. “Sabar, sabar, sabar,” ujarnya. Namun, dia malah ikut jadi sasaran amuk keempat pelaku.
BACA JUGA: Tukang Parkir Sempat Menenggak Miras Sebelum Beraksi
Haryono dipukuli hingga luka robek di bibir. Cekcok mulut terjadi selama beberapa waktu hingga akhirnya para pelaku keluar dan pergi meninggalkan RSUD Rupit.
Marudin, warga Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara, yang kebetulan ada di lokasi saat kejadian mengaku sempat melihat aksi itu. Dia mengatakan, tidak seharusnya keluarga pasien itu menyerang dan melukai petugas medis yang sedang melakukan pelayanan. “Itu akibat emosi masyarakat yang tak paham dan sabar. Padahal kalau bertanya baik-baik pasti dilayani baik juga,” katanya.
Direktur RSUD Rupit dr Herlina melalui staf Humas, Dian membenarkan adanya insiden tak mengenakkan tersebut. Kejadian itu diakuinya membuat petugas medis yang mendapat intimidasi dan ancaman dibunuh menjadi trauma.
Timbul keresahan paramedis yang memberikan pelayanan di RSUD Rupit. “Memang ada kejadiannya, dokter dipukul. Tapi dokternya sempat menangkis. Ada driver ambulans juga yang terluka. Ini jadi perhatian dan kami mengecam aksi itu,” cetusnya.
Menurut Dian, terlepas benar atau salah pasien maupun petugas medis yang terlibat dalam insiden tersebut, tidak semestinya masalah diselesaikan dengan kekerasan. Apalagi intimidasi dan pengancaman.
“Padahal, kami punya SOP (Standart Operational Procedure) dalam melakukan pelayanan medis,” kata Dian. Tidak mungkin dokter memberikan tindakan jika tidak dilengkapi dengan SOP yang ada.
“Kami siap memberikan pelayanan, tapi jangan selalu diancam-ancam. Petugas medis itu punya keilmuan tentang pelayanan kesehatan,” tegasnya. Akibat kejadian itu, kini semua pegawai di RSUD Rupit resah.
Apalagi, kejadian tersebut dilihat masyarakat luas, juga terekam CCTV yang terpasang di sekitar ruang IGD. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Muratara, dr Marhendra mengatakan, pihaknya belum menerima laporan seputar keributan di RSUD Rupit itu. “Coba langsung konfirmasi dengan direktur rumah sakitnya saja langsung,” sarannya.
Kapolsek Rupit AKP Yulfikri, mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan keterangan resmi terkait insiden penganiayaan oleh keluarga pasien terhadap dokter dan sopir ambulans RSUD Rupit.
Sementara itu, Kepala Desa Lubuk Rumbai Baru, Abdul Sani belum tahu ada warganya yang terlibat keributan dengan dokter dan sopir ambulans di RSUD Rupit. Bahkan lakukan pengancaman dengan mengeluarkan sajam. “Saya belum tahu, tidak ada laporan masalah itu,” ucapnya.
Untuk itu, dia akan menelusuri informasi kejadian tersebut. Seraya memastikan benar warganya atau warga desa lain. “Bisa jadi itu dari Desa Lubuk Rumbai. Soalnya Lubuk Rumbai ada dua. Lubuk Rumbai Lama dan Lubuk Rumbai Baru,” tutupnya. (cj13/ce1)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yeni Dihajar Suami, Sudah Cerai Masih Juga Digebuki
Redaktur & Reporter : Budi