jpnn.com - KLATEN – Sudah hampir sebulan 10 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal (ABK) Brahma 12 disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Di antara para sandera itu ada Bayu Oktavianto (23), warga Dusun Miliran, Desa Mendak, Kecamatan Delanggu, Klaten.
Kini, pihak keluarga Bayu masih terus menunggu dan berharap kabar bagus tentang pembebasan para sandera. Sutomo (49), ayah Bayu terus mengikuti kabar terkini dari PT Patria Maritime Line Cabang Banjarmasin selaku pemilik kapal.
BACA JUGA: Alamak! Sopir dan Kondektur Bus Trans Batam Disandera
Perusahaan itu memang mempekerjakan Bayu. Komunikasi terus terjalin antara PT Patria dengan keluarga sandera, termasuk Bayu.
”Pihak perusahaan telepon saya, katanya keadaan 10 ABK termasuk anak saya dalam keadaan selamat tanpa ada kekurangan satu hal apa pun. Tapi sampai sekarang belum ada perkembangan lagi terkait pembebasan penyanderaan tersebut dari perusahaan,” kata Sutomo
BACA JUGA: Duhââ¬Â¦ Kasihan, Pencaker Menangis Lantaran Tak Lolos Tes
Setiap hari Sutomo mendapat informasi terkait kondisi putranya dari PT Patria. Namun, ia merasa jengah mendengar kabar perkembangan setiap harinya karena selalu sama, yakni masih dalam kondisi sehat.
Sutomo pun semakin tak sabar karena putranya dalam posisi disandera dan nyawanya terancam. Dia mengaku lelah menunggu upaya pembebasan para sandera.
BACA JUGA: Sumanto Tak Menakutkan Lagi, Mau Bukti?
Meski demikian, Sutomo dan keluarganya tetap berharap agar pemerintah Indonesia dan PT Patria terus mengupayakan pembebasan anaknya dengan berbagai upaya. Termasuk mendesak perusahaan agar segera memberikan tebusan pada kelompok Abu Sayyaf sebesar Peso Filipina (PHP) 50 juta atau sekitar Rp 15 miliar.
Sutomo terakhir kali dihubungi perusahaan yang mempekerjakan putranya pada Jumat (22/4) lalu pukul 09.00. Dalam pembicaraan per telepon itu PT Patria akan kembali memberi kabar pada Senin (25/4) ini.
Lebih lanjut Sutomo menginginkan upaya pembebasan dilakukan secepat mungkin. Menurutnya, lebih baik penyandera segera diberi uang tebusan sehingga 10 WNI bisa segera dibebaskan.
Tapi jika pihak perusahaan tidak bisa menjanjikan pembebasan para ABK, maka Sutomo meminta pemerintah segera mengambil tindakan. Harapannya pun sama, agar para sandera bisa segera dibebaskan.
Sambil terus menanti upaya pembebasan ABK oleh pemerintah, keluarga Sutomo di Dusun Miliran, Desa Mendak, Kecamatan Delanggu terus menggelar pengajian rutin setiap malam. Pengajian yang dilakukan warga sekitar rumah Sutomo dan kerabat itu untuk mendoakan Bayu dan ABK lainnya agar selamat dan segera kembali ke keluarga masing-masing.(ren/un/jpg/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Langit Terasa Akan Runtuh
Redaktur : Tim Redaksi