jpnn.com, BATAM - Coaching Clinic dan Bedah Buku bersama Pelatih Timnas U-19 Indra Sjafri sukses terselenggara di Auditorium Unrika, Batam, Kepri, Senin (23/10).
Event itu diikuti kurang lebih 200 peserta yang terdiri dari guru olahraga dan pelatih-pelatih Sekolah Sepak Bola (SSB) se-Kepri.
BACA JUGA: Setubuhi Anak Kandung, Salim Divonis 13 Tahun
"Antusias peserta cukup bagus. Semoga para peserta bisa menerapkan ilmu yang diberikan dari pelatih Indra Sjafri," ujar Penanggungjawab kegiatan, Herman Mangundap, seperti dilansir Batam Pos (Jawa Pos Group) hari ini.
Acara yang berlangsung selama tiga jam penuh yang dimulai sejak pukul 9.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB ini dipandu pengamat sepakbola asal Kepri, Chris Triwinasis sebagai moderator.
BACA JUGA: Pemilik 198 Lahan Tidur di Batam Dipanggil Pimpinan BP
Dalam pemaparannya, Indra Sjafri menekankan pentingnya pembinaan atlet sepak bola usia dini atau grassroot untuk kemajuan persepakbolaan nasional.
Banyak pertanyaan yang ditujukan kepada pelatih timnas Indonesia U-19 ini tentang penurunan performa seorang pesepakbola nasional yang sudah menginjak usia dewasa atau senior.
BACA JUGA: Skuat Timnas Indonesia U-19 Latihan di Lembang
"Di tingkat junior, kita bisa berprestasi. Tapi bila sudah berada di tingkat senior, prestasi kita malah menurun. Tentunya ada masalah di segi transisi pembinaan dari junior ke senior," beber Indra Sjafri.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya diberikan kesempatan bermain kepada pemain-pemain muda.
"Saat ini banyak klub yang lebih memilih mendatangkan dan memainkan pemain senior atau berpengalaman, mahal dan dari luar negeri daripada menggunakan pemain muda lokal yang berpotensi," kata Indra Sjafri.
Pelatih asal Padang ini menitikberatkan tentang filosofi grassroot atau pembinaan pemain usia dini (usia 6-12 tahun) kepada peserta Coaching Clinic dan Bedah Buku ini.
Filosofi grassroot berisi tentang semua anak usia 6-12 tahun harus diberikan kesempatan bermain. Sepak bola di usia segitu bisa dimainkan di mana saja, tidak ada diskriminasi, menarik dan tetap menjunjung tinggi fair play.
"Sepak bola tidak boleh membuat anak stress, tapi harus membuat anak senang," sebut pelatih berlisensi A AFC ini.
Tugas pelatih usia dini di sini yaitu bisa melihat bakat dan potensi anak, serta bisa dikembangkan semaksimal mungkin sehingga mampu mencetak pesepakbola handal.
Selain itu pelatih harus bisa memunculkan semangat, memotivasi dan mendorong tim.
"Pelatih usia dini tidak boleh intervensi anak. Pelatih juga harus sabar," tutur pelatih 54 tahun ini.
Untuk itu diperlukan peranan pelatih usia dini dalam membangun sebuah tim. Tim tidak harus bagus dari segi teknis tapi juga harus memikirkan sikap atau attitude sehingga tim tersebut bisa dicintai masyarakat.
Seusai menjelaskan materinya, para peserta diberikan sesi tanya jawab langsung dengan pelatih Indra Sjafri. Kemudian langsung dilanjutkan dengan coaching clinic, yakni cara menggiring bola, merebut bola dan strategi dasar dalam bermain sepakbola.
Salah satu peserta, yakni Yulisman mengaku sangat senang dengan adanya kegiatan seperti ini.
Trek record Indra Sjafri sendiri dinilainya sangat berhasil dalam mencetak pemain-pemain muda potensial.
"Dengan mengikuti acara ini, kami ingin mengukur sejauh apa level kemampuan kami dalam melatih anak-anak," jelas pelatih SSB Bermuda ini.
Yulisman berharap seusai kegiatan ini bisa memajukan SSB-SSB di Kota Batam dan sanggup mencetak pemain sepakbola berkualitas," tutupnya. (cr16)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indra Sjafri Coba Taktik Baru, Hasilnya Kurang MemuaskanÂ
Redaktur & Reporter : Budi