Kembalikan Kepercayaan Jelang Pilpres

Skenario di Balik Keputusan Besar Obama Tarik Tentara AS di Afghanistan

Minggu, 26 Juni 2011 – 18:42 WIB
WASHINGTON - Pengumuman Presiden Barack Obama soal penarikan bertahap 33.000 personel militer AS dari Afghanistan menuai banyak reaksiPartai Demokrat dan Partai Republik pun terbelah

BACA JUGA: Media Arab Sebut Moratorium Pencitraan Pemilu

Sebagian mendukung keputusan tersebut, sebagian mencibir
Tetapi, setidaknya ada satu beban yang lepas dari pundak pemimpin 49 tahun yang bakal kembali mencalonkan diri dalam pilpres tahun depan (2012) itu.

Kebijakan yang disampaikan oleh Obama lewat pidato 13 menit dan disiarkan televisi pada Rabu malam (22/6) waktu AS atau Kamis pagi WIB (23/6) itu mengingatkan publik AS pada Perang Vietnam

BACA JUGA: Washington Fokus ke Pakistan

Pada 1966, Gedung Putih mendesak Presiden (saat itu) Lyndon B
Johnson untuk menerapkan pendekatan "menang lalu mundur"

BACA JUGA: Diadili, Sang Iron Lady Ukraina

Namun, Johnson menolak usul George Aikin (saat itu senator) dan malah membatalkan niatnya untuk mencalonkan diri lagi sebagai presiden.

Obama dan Johnson sebenarnya berada dalam kondisi kurang lebih samaSaat itu, AS tidak yakin akan menang dalam Perang VietnamSelain kehilangan banyak serdadu dalam pertempuran sekitar 20 tahun tersebut, Washington juga mengeluarkan dana ekstra untuk membiayai perang"Tipisnya harapan untuk menang membuat Johnson tak mau mendeklarasikan kemenangan AS sebelum menarik mundur pasukan," tutur Robert Koenig dalam editorialnya di koran Beacon Washington.

Kini kondisi sama dihadapi ObamaPerang Afghanistan yang telah berlangsung satu dekade itu tak mengarah pada kemenanganBahkan, setelah Obama mengirimkan 30.000 serdadu tambahan pada Desember 2009, pertempuran tak berpihak pada ASMakin banyak pasukan koalisi pimpinan AS, makin tinggi pula perlawanan militan Taliban di bumi AfghanistanKeraguan itu diperkirakan membuat Obama menjadwalkan penarikan pasukan AS 18 bulan kemudian.

Setelah 18 bulan, Obama pun memenuhi janjinyaDia mengumumkan penarikan tentara ASSebanyak 10.000 tentara Negeri Paman Sam akan meninggalkan Afghanistan mulai bulan depanSelanjutnya, sekitar 23.000 personel militer akan ditarik mundur secara bertahap hingga akhir tahun depanPer September 2012, 33.000 serdadu AS ditargetkan pulangDengan begitu, jumlah pasukan yang tersisa akan berkisar 67.000 personelMereka akan ditarik total pada 2014.

Seperti Johnson, Obama pun mengabaikan masukan soal penarikan pasukan kali iniPentagon dan sebagian politikus Republik mengimbau presiden keturunan Afrika itu tidak menarik pasukan dalam jumlah besar tahun iniObama tidak mengindahkanDia malah menargetkan penarikan 33.000 serdadu atau hampir sama dengan jumlah serdadu tambahan pada 2009, sebelum September 2012 atau sebelum pilpres AS digelar.

Sehari setelah mengumumkan jadwal penarikan tentara AS, Obama berkunjung ke Fort Drum, New YorkDi pangkalan pasukan Mountain Division Ke-10 tersebut, dia menyapa serdadu AS dan keluarganyaSelama ini, pasukan yang dikirim ke Iraq dan juga Afghanistan banyak diambil dari unit tersebut"Kalian selalu menunaikan tugas dengan maksimalItulah yang mengantarkan kita pada pencapaian terbaik di Afghanistan," katanya seperti dikutip Voice of America (VOA).

Obama mengaku bangga pada prajurit divisi tersebut dan militer AS secara umum"Satu-satunya yang jadi alasan saya mengumumkan penarikan pasukan adalah karena saya yakin dengan kemampuan militer kitaSatu yang terbaik di duniaPerintah apapun yang saya berikan selalu bisa kalian tunaikan dengan baik," ungkapnya.

Keputusan penting yang sarat muatan politis itu, konon, membuat Jenderal David Petraeus kecewaDari kaca mata militer, penarikan besar pasukan dalam waktu singkat akan mendatangkan kerugian, baik bagi pasukan yang ditarik maupun pasukan yang bertahanKendati demikian, sebagai bawahan, mantan komandan pasukan AS dan koalisi di Iraq itu harus patuhDia mendukung penuh rencana penarikan pasukan mulai Juli mendatang.

"Petraeus jelas akan melaksanakan perintah bos meski tidak senang," ujar analis Danielle Pletka, seperti dikutip dalam The Enterprise Blog Rabu lalu.

Pendapat sama dipaparkan pakar ilmu politik AS Robert SteinMenurut dia, keputusan Obama itu tifak membuat pemerintah atau rakyat AS senangDi mata publik, bapak dua putri itu tetap akan dianggap gagal mengakhiri Perang Afghanistan secara eleganSedangkan pemerintah tak puas dengan kebijakan yang terkesan dipaksakan itu.

Kendati begitu, berkaca pada kondisi finansial dalam negeri AS, Senator Carl Levin menyayangkan penarikan pasukan ituMenurut dia, jumlah tersebut terlalu sedikitPadahal, dengan mempertahankan lebih banyak pasukan di Afghanistan, Washington harus mengeluarkan dana perang dalam jumlah besar"Kata kuncinya adalah biayaDengan menarik kurang dari 15.000 serdadu tahun ini, Obama justru mengirim pesan negatif kepada rakyat," kritiknya.

Tahun ini Washington terpaksa keluar dana USD 119 miliar (sekitar Rp 1.022 triliun) untuk dana di Afghanistan"Belum termasuk korban jiwa dan kerugian materiSudah lebih dari 1.500 serdadu AS yang tewas di AfghanistanSebanyak 12.000 yang lain terluka dan cacat permanen," lanjut LevinBahkan, setelah perang berakhir, Washington masih harus mengeluarkan dana ekstra untuk merawat para serdadu yang terlukaJumlahnya jelas tidak sedikit.

Bersamaan dengan pidato Obama soal penarikan tentara AS dari Afghanistan, Federal Reserve atau The Fed (bank sentral AS) merevisi prediksi pertumbuhan ekonominyaBank sentral memangkas pertumbuhan ekonomi negeri adi daya itu.

Terkait hal tersebut, Congressional Budget Office (CBO) mengimbau Gedung Putih waspadaSebab, pemangkasan anggaran belanja atau kenaikan pajak akan secara langsung berdampak pada ekonomi AS yang mulai pulih pascakrisis.

"Pertanyaan yang harus dijawab oleh presiden dan kita semua adalah: mana yang akan kita bangun, AS atau Afghanistan?" tanya Senator Joe Manchin dalam pidato di hadapan Senat AS.

Dia menegaskan bahwa dalam kondisi perekonomian seperti sekarang, mustahil bagi AS membangun negaranya sendiri sekaligus membangun AfghanistanKarena itu, Obama harus memilihDan, Rabu lalu, suami Michelle Obama itu memilih untuk konsentrasi pada pembangunan dalam negeri.

Tentu saja, keputusan tersebut tidak murni didasarkan pada pertimbangan ekonomiPresiden yang dianggap gagal dalam program-program perekonomian AS itu memiliki agenda lebih penting, yakni pemilu"Agar kembali terpilih sebagai presiden, Obama jelas harus bekerja ekstra keras untuk mengembalikan kepercayaan publik AS terhadap dirinya," komentar seorang analisSalah satunya adalah menegaskan bahwa dirinya bukan pemimpin yang gemar perang seperti pendahulunya(hep/dwi/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Al Quran Bikin Tony Blair Melek Iman


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler