Kembangkan Teknologi Budi Daya Kedelai Guna Kurangi Impor

Selasa, 15 Maret 2022 – 19:13 WIB
Ngobras Penyuluhan volume 12 dengan tema Inovasi Kedelai Indonesia, Selasa (15/3). Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Tahun ini Kementerian Pertanian menargetkan untuk memproduksi satu juta ton kedelai.

Angka ini mengalami kenaikan cukup tinggi dibandingkan tahun 2021 yang hanya 200 ribu ton.

BACA JUGA: Kementan Kenalkan Tanam Kedelai dan Jagung dengan Sistem Methuk

Peningkatan produksi perlu dilakukan sebagai antisipasi meningkatnya harga kedelai belakangan ini.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan konsumsi kedelai impor cukup tinggi karena harga jauh lebih murah dibandingkan kedelai lokal.

BACA JUGA: Seluruh Personel Dikumpulkan di Mapolres, 7 Anggota Langsung Ditindak Propam

Saat ini, kata dia, kenaikan harga terjadi secara global sehingga menimbulkan kendala di pasar lokal.

"Konstraksi pada kedelai terjadi secara global. Selama ini tempe-tahu yang kita konsumsi banyak menggunakan kedelai impor. Karena harganya lebih murah. Pasokan kita aman, memang harga naik karena negara produsen mengalami kendala," katanya.

BACA JUGA: Seusai Menabrak Sejoli di Nagreg, Kopda Andreas Memohon kepada Kolonel Priyanto

Syahrul menegaskan Kementan bersama stakeholder menjaga stabilitas harga kedelai di tengah polemik kenaikan harga.

Ada tiga agenda yang akan dilakukan Kementan untuk terus memantau pasokan dan harga kedelai dalam negri.

"Pertama, agenda SOS, yakni stabilisasi harga, pasokan tidak boleh ada yang terganggu sehingga ketersedian harus dipastikan aman. Harga tidak boleh terlalu turun, dan tidak boleh terlalu naik, khawatirnya konstraksi ini hanya sementara," ujarnya.

Mentan menambahkan SOS menjadi agenda 100 hari. Kedua, agenda temporary, yakni dalam 200 hari kedepan produktivitas lokal harus ditingkatkan.

Ketiga, agenda panjang Indonesia bisa memasok kebutuhan kedelai secara mandiri sehingga saat negara lain mengalami kendala tidak berimbas di dalam negeri.

"Masyarakat kita rata-rata pemakan tahu-tempe, jadi, kedelai ini tidak boleh bersoal. Kita segera lakukan langkah konkret di lapangan sebagai upaya menstabilkan harga dulu. Mudah-mudahan harga stabil bukan hanya di Jakarta, tetapi di Jawa serta daerah lain juga," katanya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Manusia (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan apabila suplai pangan di internasional turun, maka secara hukum ekonomi harga pangan akan naik diseluruh negara termasuk Indonesia.

Dedi memaparkan untuk kebutuhan tahu dan tempe sebanyak 80 sampai 90 persen Indonesia masih impor, dengan kebutuhan kedelai tiga juta ton per tahun.

“Ini peluang untuk petani kedelai genjot produktivitas, kurangi ketergantungan impor kedelai, tanam kedelai sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional,” ujar Dedi saat Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan volume 12 dengan tema Inovasi Kedelai Indonesia, Selasa (15/3) di AOR BPPSDMP, Jakarta.

Narasumber Ngobras, Moch Muchlish Adie, peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Balitkabi mengatakan tanaman kedelai sangat menguntungkan dengan adanya berbagai teknologi budi daya pada berbagai agro ekosistem.

“Saat ini hingga 15 maret 2022 terdapat 114 varietas kedelai,” ujar Moch Muchlish.

Teknologi kedelai juga ada budi daya tanpa bahan kimia atau pestisida.

Netti Tinaprilla dari Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi manajemaen IPB mengatakan strategi yang harus dilakukan melalui diversifikasi konsumsi, dengan tantangan sulitnya merubah selera konsumen.

“Solusinya diperlukan edukasi jangka panjang,” jelas Netti.

Pengawalan dan pendampingan teknologi di lapang sangat diperlukan untuk budi daya kedelai.

“Pemanfaatan ruang tumbuh di bawah tegakan tanaman, potensi untuk pengembangan kedelai, selain itu diperlukan perencanaan yang matang,” kata Netti. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler