jpnn.com, JAKARTA - Selama lebih dari 2 dasawarsa, Indonesia mengalami ketergantungan yang sangat tinggi terhadap impor bawang putih. Sejak liberalisasi perdagangan yang ditandai dengan dibukanya kran impor bawang putih besar-besaran pada tahun 1997, Indonesia mulai dibanjiri impor bawang putih konsumsi.
Akibatnya, petani bawang putih lokal di sentra-sentra utama, beralih komoditas, tidak lagi menanam bawang putih.
BACA JUGA: Langkah Strategis Kementan dalam Kunjungan ke Amerika
Indonesia tercatat pernah mencapai swasembada bawang putih pada era 1994-1995. Saat itu, produksi bawang putih nasional mencapai 152 ribu ton dan luas areal tanam 21 ribu hektar lebih. Derasnya impor bawang putih, membuat produksi lokal dari tahun ke tahun tergerus hingga tersisa hanya sekitar 2 ribu hektar atau produksi 20 ribu ton per tahun. Angka 2 ribu hektar per tahun tersebut nyaris tidak beranjak naik hingga tahun 2017 silam. Padahal kebutuhan total nasional lebih dari 550 ribu ton setahun.
Indonesia seperti dininabobokan oleh bawang putih impor yang nilainya bisa mencapai lebih dari Rp 5 triliun per tahun. Catatan BPS, impor sayuran terbesar periode Januari-November 2018 masih didominasi oleh Bawang Putih dari China yang mencapai 448 ribu ton dengan nilai impor diperkirakan Rp 5,4 triliun.
BACA JUGA: Polbangtan Medan Promosikan Enterpreunership Kopi
Berangkat dari ini, Dirjen Hortikultura, Suwandi mengatakan mengambil langkah berani dan strategis ditempuh Kementerian Pertanian untuk menggenjot produksi bawang putih dalam negeri. Melalui Menteri Amran Sulaiman, Kementan lantang menyuarakan kebangkitan kembali kejayaan bawang putih nasional melalui program swasembada bawang putih 2021.
"Dalam berbagai kesempatan, Mentan Amran Sulaiman menyebut Kementan optimis bisa menggapai swasembada benih bawang putih di tahun 2019 dan swasembada konsumsi tahun 2021. Caranya dengan intervensi APBN dan mewajibkan importir bekerjasama petani menanam dan memproduksi di dalam negeri sebanyak 5 persen dari pengajuan rekomendasi impornya," demikian dikatakan Suwandi di Jakarta, Senin (24/12).
BACA JUGA: Upsus Siwab Tingkatkan Populasi Sapi & Sejahterakan Peternak
Suwandi mengakui bahwa impor sayuran terbesar masih ditempati bawang putih. Sejak 23 tahun lalu mulai impor bawang putih volume kecil dan setiap tahun semakin bertambah besar. Petani yang dulu tanam bawang putih menyusut tidak tanam lagi karena tergerus bawang putih impor.
"Akibatnya lahan bawang putih eksisting tinggal 1.500 hingga 2.000 hektar per tahun. Kini nyaris 97 persen kebutuhan konsumsi, dipasok dari impor," sebutnya.
Dia menegaskan baru di era Mentan Amran Sulaiman, dimulai gerakan masif untuk mengendalikan impor. Gerakan tanam bawang putih dimulai 2018 dari APBN, wajib tanam, investor dan swadaya sekitar 10.000 hektar dan hasilnya dijadikan benih untuk ditanam lagi di tahun 2019 minimal 30.000 hektar.
"Hasil produksi tahun 2019 akan dijadikan benih lagi untuk ditanam di areal sekitar 100.000 hektar pada tahun 2020. Dengan skenario ini, kita sudah tidak perlu impor bawang putih di tahun 2021 alias swasembada," tegasnya.
Meski diakui tantangan tersebut relatif berat, ucap Suwandi, namun Kementerian Pertanian optimis target bisa dicapai. Buktinya hasil kerja keras bersama untuk sayuran, sejak 2016 bisa meraih swasembada, tidak impor cabai segar dan bawang merah segar serta 2018 tidak impor kentang sayur (kentang konsumsi).
"Kita sudah membuat roadmap dan mulai gerakan 2018. Dukungan semua pihak, Pemda, penyuluh, termasuk importir, investor, pelaku usaha, bermitra dengan petani dan kelompoktani mari bergerak bersama mengembalikan kejayaan bawang putih nasional," pungkas Suwandi.(Jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Dorong Kabupaten Kerinci Kembangkan Agrowisata Kopi
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh