Kemenag: Dokumen Kurikulum Merdeka Mungkin Sudah Matang, tetapi...

Selasa, 15 November 2022 – 23:21 WIB
Ilustrasi - Dokumen Kurikulum Merdeka Mungkin Sudah Matang. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/wsj

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Pusdiklat Tenaga teknis Pendidikan dan Keagamaan Kemenag Mastuki mengatakan kolaborasi dengan para guru sangat penting dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.

Kurikulum tersebut sesuatu yang dinamis sehingga perlu tandem para guru yang menguasai seluk beluk madrasah agar bisa mengakselerasi (kurikulum) dengan baik.

BACA JUGA: Di Forum Negara ASEAN, Sesjen Kemendikbudristek Pamer Kurikulum Merdeka 

"Sebagai dokumen, Kurikulum Merdeka mungkin sudah matang. Namun, sebagai sebuah proses pembelajaran, Kurikulum Merdeka membutuhkan pengetahuan, penerjemahan, dan pengalaman kekinian yang luas," kata Mastuki dikutip dari laman Kemenag, Selasa (15/11)

Untuk itu, lanjutnya, semua pihak harus terus berkolaborasi, bekerja sama dengan siapa saja, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya.

BACA JUGA: Implementasikan Kurikulum Merdeka di Wilayah 3T, Guru Harus Melek Literasi Digital 

Dia menegaskan Kurikulum Merdeka bisa dipelajari siapa saja dan kapan saja, teapi untuk mengimplementasikannya membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kolaborasi.

Mastuki juga mengingatkan, bahwa sosialisasi dan implementasi Kurikulum Merdeka tidak hanya dilakukan melalui tatap muka hasil Training Of Trainer (TOT).

BACA JUGA: Kemenag Buka Lowongan Pejabat Eselon 2, Ini Perincian & Mekanisme Pendaftaran

Lebih dari itu, sosialisasi juga akan memanfaatkan teknologi yang sudah dimiliki Kementerian Agama, yaitu melalui MOOC (Massive Open Online Course) Pintar.

Guru di madrasah ini jumlahnya ratusan ribu, sementara pelatihan tatap muka hanya bisa menjangkau puluhan ribu.

Oleh karena itu, Kemenag akan maksimalkan penggunaan Pintar yang bisa menjangkau ratusan ribu peserta untuk membantu percepatan penguasaan materi Kurikulum Merdeka kepada guru-guru di madrasah.

Lebih lanjut dikatakan, Kemenag melaksanakan TOT Kurikulum Merdeka dilakukan berbasis pada kebutuhan para guru. TOT Kurikulum Merdeka angkatan III dimulai Senin (14/11) sampai 19 November.

Menurutnya, pelaksanaan TOT ini agak sedikit terlambat karena pihaknya ingin memastikan bahwa pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan Pusdiklat dan Balai-balai Diklat Keagamaan benar-benar berbasis kebutuhan pengguna.

"Kami berkolaborasi dengan Ditjen Pendidikan Islam melalui Direktorat KSKK (Kurikulum, Sarana Prasarana, Kesiswaan, dan Kelembagaan) Madrasah, karena pengguna Kurikulum Merdeka ini adalah madrasah, para guru di madrasah, dan lembaga pembina madrasah adalah Ditjen Pendidikan Islam," tuturnya.

Pusdiklat tambahnya, hanya penyambung dari kebutuhan para user, guru, pegawai. Karena pelatihan yang tidak didasarkan atas kebutuhan para user, akan sulit landing dengan baik, akan sulit diterima.

Mastuki mengajak widyaiswara yang telah mengikuti TOT  untuk berkolaborasi dengan para guru saat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di madrasah.

Dia berharap hasil TOT ini bisa segera diimplementasikan di madrasah. Agar hasil TOT ini bisa maksimal, agar para widyaiswara yang sudah mengikuti TOT ini nanti di daerah bisa mendapatkan tandem para guru yang menguasai seluk beluk madrasah agar bisa mengakselerasi kurikulum dengan baik. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler