Deddy yang akrab disapa Miing itu menjelaskan, praktek calo kawin siri itu sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan sangat terang-terangan
BACA JUGA: Komisi III: Penahanan Susno Sangat Ganjil
Siapapun dengan sangat mudah bisa melihat aksinya tanpa malu-malu dalam menawarkan jasanya kepada turis asal Timur TengahKemenbudpar, tegasnya, harus segera bekerjasama dengan pihak Angkasa Pura selaku pengelola bandara untuk mengatasi calo kawin siri ini karena sangat memalukan dan merusak citra budaya dan pariwisata Indonesia secara keseluruhan.
Khusus untuk penyelenggaraan promosi kebudayaan dan pariwisata di luar negeri, Miing menyarankan agar pemerintah lebih menempatkan diri sebagai fasilitator
BACA JUGA: Samsurijal Pernah Lihat SJ di Rumah Susno
"Kebiasaan yang selama ini mengirim para pejabat Kemenbudpar dalam ajang promosi selain tidak efektif sekaligus telah menghamburkan keuangan negara," kata Miing.Di ajang pelaksanaan promosi budaya dan pariwisata Indonesia di Kota Jeddah misalnya, menurut Miing promosi cukup dilakukan oleh Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (Asita) dan biro-biro perjalanan wisata
Kemenbudpar sesungguhnya hanya perlu melakukan fungsi fasilitator secara optimal dengan pihak-pihak terkait seperti melakukan komunikasi dan lobby dengan para perwakilan diplomatik kita di luar negeri agar mereka juga menjadi frontliner dalam mempromosikan potensi pariwisata kita
BACA JUGA: Andi Kosasih Bantah Berikan Uang ke Susno
Selain itu, lanjutnya, sejalan pula dengan semakin meningkatnya harapan pada kontribusi devisa dari potensi pariwisata kita, sudah saatnya Kemenbudpar melobi Kemenlu agar mempertimbangkan adanya atase khusus pariwisata di kedutaan-kedutaan besar atau Konsulat Jenderal RI yang memiliki potensi wisatawan ke Indonesia seperti di Arab Saudi ini."Jadi tidak digabung dalam atase kebudayaan seperti yang ada selama iniDalam bayangan saya, adanya atase pariwisata ini akan membuat inisiatif maupun pergerakan promosi pariwisata akan lebih gesit, efektif dan cerdas menangkap peluang," usulnya.
Seperti promosi budaya dan pariwisata di kota Jeddah yang berlangsung di mal-mal, di mana promosi tidak boleh menampilkan musik hidup hingga pameran pariwisata terasa sepi dan hambarPadahal kondisi ini masih bisa disiasati dengan adanya tayangan film-film mengenai potensi pariwisata Indonesia yang disesuaikan dengan kultur dan animo masyarakat setempatHal-hal semacam ini hendaknya dipikirkan dan direncanakan secara terfokus oleh seorang atase pariwisata, pinta Deddy.
Secara emosional, lanjutnya, masyarakat di Jeddah memiliki ikatan emosional yang kuat dengan masyarakat Indonesia, baik dari segi budaya maupun agamaDalam teori marketing manapun, ikatan emosional adalah ‘pelumas’ yang ampuh dalam melancarkan hubungan antara penjual dan pembeliDalam konteks hubungan Indonesia dan Timur Tengah, hubungan emosional ini tidak digarap dan diperhatikan betul-betul oleh pihak Kemenbudpar untuk menggaet para wisatawan Timur Tengah ini(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kubu Hamka Yamdhu Soroti KPK Tebang Pilih
Redaktur : Tim Redaksi