Kemendes PDTT dan IFAD Dorong Berbagai Inovasi Ketahanan Pangan Berbasis Potensi Desa

Selasa, 05 Desember 2023 – 18:16 WIB
Suasana saat kunjungan langsung delegasi IFAD dan tim Kemendes PDTT ke lahan percontohan Demplot kelompok penerima bantuan (KPB) Maju Bersama di Desa Usliapan, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, provinsi Maluku, pekan lalu. Foto: Kemendes PDTT

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bersama Internasional Fund for Agriculture Development (IFAD) terus mendorong berbagai upaya inovasi dalam meningkatkan ketahanan pangan kawasan pedesaan di Indonesia Timur.

Pembangunan lahan demonstrasi pilot (demplot) budi daya berbagai tanaman pangan terus menunjukkan progres positif.

BACA JUGA: Hasil Survei Standar Kinerja Pelayanan BPSDM PMDDTT Baik, Kemendes PDTT Perkuat Bimtek

Hal tersebut tampak saat kunjungan langsung delegasi IFAD dan tim Kemendes PDTT ke lahan percontohan Demplot kelompok penerima bantuan (KPB) Maju Bersama di Desa Usliapan, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, provinsi Maluku, pekan lalu.

Budi daya ubi jalar di Demplot Maju Bersama menunjukkan perkembangan positif baik dari praktik tanam hingga jalur distribusi pemasaran.

BACA JUGA: Kemendes PDTT-IFAD Sosialisasikan Desain Baru Program Tekad, Nih Tujuannya

“Kami terus berkomitmen mendorong ketahanan pangan berdasarkan potensi lokal daerah. Maka kami ingin memastikan pengembangan budi daya ubi jalar di Maluku Tengah ini berada di jalur yang benar,” ujar Audit Officer Office of Audit and Oversight IFAD Wael Bzaih yang didampingi Luigi Pralangga dari IFAD Indonesia.

Wael mengatakan IFAD menilai saat ini berbagai negara dunia harus menguatkan ketahanan pangan berdasarkan potensi lokal masing-masing.

BACA JUGA: Tani Merdeka Dapat Sambutan Meriah di Pelosok Desa Sarang Rembang

Pilihan pengembangan Ubi Jalar sebagai bahan pangan alternative di Maluku Tengah misalnya sudah tepat karena sesuai dengan potensi wilayah tersebut.

“Pengembangan ubi jalar sebagai bahan pangan alternatif dalam pandangan kami sesuai dengan potensi lokal yang akan memastikan ketersediaan pangan sekaligus menjadi komoditas strategis untuk mengentaskan kemiskinan di Maluku Tengah dan sekitarnya,” katanya.

Wael mengungkapkan dalam kunjungan ke lapangan pihaknya juga mendengarkan masukan kelompok penerima bantuan (KPB).

Mereka juga mengetahui secara langsung berbagai tantangan yang di hadapi KPB di lapangan.

“Dari masukan dan pengalaman anggota KPB kita menyarankan agar mereka tidak hanya fokus pada teknik penanaman, tetapi juga mengidentifikasi potensi peningkatan efisiensi dalam distribusi produk dan strategi pemasaran yang lebih efektif,” katanya.

Wael mengatakan kegiatan demplot diharapkan dapat memotivasi rumah tangga di desa dalam peningkatan produktivitas dan hasil usahanya untuk meningkatkan pendapatan.

Setiap Desa akan dipilih sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) rumah tangga penerima manfaat sebagai pelaksana demplot yang ditetapkan dalam 1 (satu) kelompok melalui musyawarah desa.

“Demplot ini tidak hanya berada di satu titik tetapi di berbagai titik wilayah lain di mana satu KPB bisa mengadopsi praktik baik yang berhasil dilaksanakan KPB lainnya,” katanya.

Sebagai informasi, model Demplot merupakan salah satu andalan program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) kerjasama Kemendes PDTT dan IFAD untuk peningkatan ekonomi yang inklusif pada masyarakat Kawasan Indonesia Timur.

Untuk tahun 2023, Program TEKAD telah menargetkan untuk melaksanakan Demplot di 352 KPB yang tersebar di 9 Provinsi sasaran Program TEKAD yaitu Maluku Utara; Maluku; NTT; Papua Bara; Papua Barat Daya; Papua Tengah; Papua Pegunungan; Papua dan Papua Selatan.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler