jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi (Diksi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto mengatakan, salah satu kunci menjadi negara maju ialah vokasi.
Semua negara maju di dunia ciri-cirinya pendidikan vokasinya maju.
BACA JUGA: Bagus Sekali, Lulusan Vokasi Makin Matching dengan Kebutuhan Industri
"Jadi kalau Indonesia mau maju syaratnya pendidikan vokasinya harus maju," kata Dirjen Wikan dalam talkshow Pernikahan Vokasi dan Industri dalam diskusi virtual, Selasa (18/8).
Dia menambahkan, tidak susah mencari resep agar Indonesia bisa meloncat teknologinya, kemartabatannya, kepemimpinannya.
BACA JUGA: Zaman Now Pendidikan Vokasi Lebih Mentereng, Kemendikbud Dorong Lulusan SMP Masuk SMK
Salah satunya adalah memajukan pendidikan vokasi di Indonesia dan itu komprehensif.
"Jadi tidak hanya Politeknik, tetapi juga SMK, lembaga kursus dan pelatihan. Semua harus jadi kesatuan utuh," ujarnya
BACA JUGA: Menteri Nadiem Pengin Rumah Vokasi Percepat Nikah Massal Industri dengan Pendidikan Vokasional
Tercatat, Lembaga Kursus dan pelatihan sebanyak 17 ribu, 14 ribu SMK, dan 2 ribu kampus vokasi.
Dari jumlah tersebut, dia menyebutkan, ada beberapa SMK yang level baru belajar dari satuan pendidikan lainnya.
Ada SMK yang sudah mulai di level menengah, dan juga ada yang terlalu tinggi.
"Saya selalu menyampaikan kalau kita mulai masuk ke fase yang sudah tinggi dari pernikahan itu, yaitu kolaborasi dengan industri untuk menciptakan produk hasil dari riset terapan vokasi. Maka please mindset-nya itu harus start from the end. konsumennya ada enggak? Konsumen yang mau membayar itu ada tidak?" bebernya.
Jangan sampai, lanjut Wikan, kita reset sampai technical readiness level sampai Top 9. Namun, jadi bingung siapa yang mau beli.
"Kalau enggak laku-laku kemudian komplain. Ini gimana, ini kok pemerintah enggak ada perannya untuk membuat ini laku," sambungnya.
Itu sebabnya, sejak awal pernikahan pendidkan vokasi dan industri, selain bikin kurikulum magang, juga merancang riset bersama.
Sehingga nanti, tegas Wikan, ketika sudah jadi produk, paying customer sudah menunggu dan tinggal ambil. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad