Zaman Now Pendidikan Vokasi Lebih Mentereng, Kemendikbud Dorong Lulusan SMP Masuk SMK

Minggu, 12 Juli 2020 – 23:12 WIB
Dirjen Diksi Kemendikbud Wikan Sakarinto. Foto: YouTube

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidkan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto terus mendorong anak-anak SMP masuk ke sekolah menengah kejuruan (SMK).

Alasannya, kini pendidikan vokasi sudah lebih mentereng dan bisa berjenjang hingga ke pendidikan tinggi.

BACA JUGA: Lulusan Sekolah Vokasi juga Banyak Dibutuhkan di Luar Negeri

"Ayo anak SMP masuk SMK, jangan ragu. Lulusan SMK bisa kerja profesional dan lanjut D4, bahkan bisa lanjut lagi S2 terapan ke Taiwan, Jerman, dan Indonesia," kata Wikan saat Bincang Edukasi Link and Match yang dipandu Cak Lontong dan disiarkan melalui di YouTube, Sabtu (11/7).

Dia menambahkan, harus ada perubahan pola pikir para orang tua dan siswa yang menganggap lulusan SMK hanya jadi tukang. Kalaupun memang jadi tukang, katanya, lulusan SMK tetap profesional.

BACA JUGA: Kurikulum Vokasi Harus Fokus pada Kemampuan Soft Skill

"Banyak kok tukang las lulusan SMK yang kerja di galangan kapal asing dan mereka dibayar mahal per jamnya," cetusnya.

Menurut Wikan, ada perbedaan SMK saat ini dengan dahulu. Sebelumnya, lulusan SMK hanya mentok sampai jenjang D3.

BACA JUGA: Ada Sertifikasi Kompetensi & Profesi untuk Pendidik dan Mahasiswa Vokasi, Yuk Ikut

Namun, sekarang lulusan SMK bisa melanjutkan pendidikan ke pascasarjana. Nantinya, lulusan D3 bisa ke D4 tanpa perlu memulai lagi dari semester awal.

"Jenjang D3 ke D4 tinggal difokuskan pada peningkatan kemampuan soft skill. Sebab kemampuan soft skill ini sangat dibutuhkan industri," ucapnya.

Terkait link and match, Wikan menyatakan bahwa pemerintah menyiapkan sembilan paket kebijakan dalam rangka ‘pernikahan’ antara pendidikan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Lima paket kebijakan di antaranya adalah kurikulum bersama pendidikan vokasi dan DUDI, dosen tamu dan guru tamu dari DUDI minimal 50- 100 jam per semester, magang di industri, komitmen serapan lulusan, serta sertifikasi pendidik dan profesi.

"Lima paket ini disiapkan anggaran Rp 3,5 triliiun untuk tahun ini. Target kami tahun ini, paling tidak 80-90 persen kampus dan SMK yang menikah massal dengan DUDI. Dari pernikahan massal ini akan dihasilkan banyak SDM yang kompeten. Selain itu daya tawar lulusan pendidikan vokasi juga makin tinggi," pungkasnya.(esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler