jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengungkapkan, saat ini pemerintah kekurangan tenda untuk ruang kelas sementara anak-anak korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Sebagian besar tenda yang dimiliki pemerintah sudah tersalurkan untuk korban gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Mohon maaf kalau sampai saat ini hanya 18 tenda yang terpasang di Sulteng. Saya ucapkan terima kasih kepada UNICEF yang telah membantu meringankan beban pemerintah dalam pengadaan ruang kelas sementara," kata Menteri Muhadjir saat menerima bantuan pendidikan untuk tanggap darurat bencana Sulteng dari UNICEF di Kantor Kemendikbud, Selasa (16/10).
BACA JUGA: 16 Kepala Daerah Raih Anugerah Kihajar 2018
Muhadjir memaparkan, Indonesia ditimpa bencana secara beruntun mulai dari NTB, lalu Sulteng. Karena terjadinya beruntun, maka penanganan di bidang pendidikan jadi sangat merepotkan.
Misalnya, semua tenda dan bantuan UNICEF sudah disebar di NTB. Akibatnya di Sulteng mengalami kekurangan tenda. Terakhir tenda Kemendikbud yang baru terpasang sebanyak 18. Itu adalah sisa tenda yang tidak terpakai di NTB.
BACA JUGA: Dana KIP SMA â SMK Diusulkan Naik jadi Rp 1,2 Juta
"Saat ke Sulteng, saya beri arahan agar ada kelas darurat dibangun masyarakat. Kemendikbud akan membantu memberikan terpal sebagai atap dengan biaya pemasangan Rp 30 juta per kelas. Total dana yang kami siapkan Rp 3 miliar," tuturnya.
Imbauan agar pemda membangun kelas darurat dari bekas puing-puing yang masih bisa dipakai, lanjut Muhadjir, karena untuk pengadaan tenda baru harus melalui proses lelang. Itupun makan waktu lama.
BACA JUGA: Guru Honorer NTB Dapat Tunjangan Khusus Rp 2 Juta per Bulan
Tenda dan kelas darurat ini sangat sementara, sambil menunggu pembangunan gedung semi permanen dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Ini sifatnya sangat darurat. Sebelum kemudian akan dibangun gedung permanen.
"Untuk sementara kegiatan belum belajar formal tapi baru tingkat trauma healing. Ini yang trauma bukan hanya guru dan siswa yang terdampak, tapi yang tidak terdampak pula merasa takut ke sekolah," terangnya.
Guru besar Universitas Muhammadiyah Malang ini menambahkan, untuk tahap ini belum memungkinkan proses belajar mengajar dimulai. Normalnya ketika mereka masuk kelas semi permanen yang memakan waktu 1-2 bulan. Sekarang ini terpenting, menghilangkan trauma dan membuat mereka akrab kembali dengan sekolah. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemendikbud Gelar Festival Budaya Saman 2018
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad