Kemendikbud Terbitkan Panduan Kurikulum Pendidikan Tinggi, Ada Sistem PJJ

Jumat, 09 Oktober 2020 – 18:32 WIB
Dirjen Dikti Kemendikbud Nizam dalam tangkapan layar zoom

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan panduan kurikulum pendidikan tinggi (dikti) yang disesuaikan dengan era revolusi industri 4.0.

Salah satu materi pokok yang diatur ialah sistem pendidikan jarak jauh (PJJ).

BACA JUGA: Perkuat Ekosistem SMK, Kemendikbud Adopsi Gerakan Sekolah Menyenangkan

Sebab, sejak pandemi COVID-19, pembelajaran menggunakan metode daring.

Sementara kurikulum yang digunakan khusus untuk tatap muka sehingga sering membuat mahasiswa dan dosen kesulitan.

BACA JUGA: Kemendikbud Pastikan Bantuan Kuota Internet Tidak Berbentuk Nomor Perdana

Namun, kesulitan para mahasiswa dan dosen tersebut kini bisa tertangani dengan adanya buku panduan kurikulum dikti yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan zaman.

Demikina juga untuk memenuhi aspek Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), di mana mahasiswa diberikan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman belajar lebih luas dan kompetensi baru melalui beberapa kegiatan pembelajaran di luar program studinya.

BACA JUGA: Angkat Musik Nusantara, Kemendikbud Geber Road to IMEX

Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti).

"Hari ini kami meluncurkan buku panduan program MBKM yang berjudul 'Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi di Era Industri 4.0 untuk Mendukung Merdeka Belajar-Kampus Merdeka' serta aplikasi program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka," kata Dirjen Dikti Kemendikbud Nizam dalam diskusi daring, Jumat (9/10).

Buku dan aplikasi ini, lanjutnya, merupakan panduan dalam menerapkan program MBKM serta panduan bagi para pemangku kepentingan program studi di Indonesia agar dapat merekonstruksi kurikulum yang ada sesuai dengan perkembangan zaman.

Perubahan kurikulum selaras dengan peran pendidikan tinggi sebagai transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja. Kurikulum harus betul-betul menyiapkan learning outcome.

"Jadi, seorang sarjana itu harus bisa apa, skill apa yang harus dimiliki, dan kemampuan komunikasi seperti apa. Maka itulah kenapa harus mengubah kurikulum dan cara pandang kurikulum itu sendiri,” ucap Nizam.

Dia menyampaikan, setiap Revolusi Industri selalu disertai dengan hilangnya kompetensi lama seiring dengan kemajuan teknologi mesin.

Sehingga banyak pekerjaan lama yang hilang dan muncul pekerjaan baru.

Perguruan tinggi harus menyiapkan para mahasiswa untuk menghadapi hal tersebut dengan nilai tambah yang lebih tinggi.

“Kampus itu tidak cukup untuk menjadi tempat bagi mahasiswa mendapatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan mengembangkan dirinya. Soft skill, hard skill, tidak mungkin hanya bisa diperoleh melalui pembelajaran di dalam kampus. Self-directed learning menjadi kebutuhan dan kompetensi esensial bagi setiap mahasiswa,” lanjut Nizam.

Dengan diluncurkannya buku panduan serta aplikasi untuk mendukung implementasi program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, Nizam berharap hal ini bisa bermanfaat bagi perguruan tinggi sehingga dapat menghasilkan insan Indonesia yang beradab, berilmu, profesional, dan kompetitif di era Revolusi Industri 4.0 serta berkontribusi terhadap kesejahteraan kehidupan bangsa.

Sementara itu, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Aris Junaidi mengatakan, kebutuhan masyarakat serta stakeholder needs menjadi keharusan untuk selalu melakukan evaluasi dan reorientasi kurikulum secara reguler.

Apalagi perguruan tinggi dan program studi saat ini ditantang untuk menjadi adaptif dan sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.

Terkait dengan buku panduan MBKM, Aris menjelaskan buku panduan ini merupakan edisi yang keempat dan telah disempurnakan berdasarkan kebijakan Kemendikbud terbaru mengenai program MBKM dan hasil evaluasi penerapan kurikulum di berbagai perguruan tinggi selama melaksanakan bimbingan teknis maupun sosialisasi penyusunan kurikulum.

Buku panduan ini juga telah diuji coba pada kegiatan program Kampus Mengajar Perintis (KMP) yang diikuti kurang lebih oleh 2.500 mahasiswa.

“Sangat disarankan agar setiap pimpinan PT serta dosen menggunakan buku panduan ini dalam mengembangkan kurikulum yang telah ada saat ini sesuai dengan SN-Dikti serta membekali peserta didik dengan keterampilan hidup melalui implementasi MBKM,” tutur Aris. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler