Kemendikbudristek dan Kementerian ESDM Luncurkan Program Baru untuk Mahasiswa

Jumat, 13 Agustus 2021 – 20:23 WIB
Plt Dirjen Dikti Nizam. Foto: tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkolaborasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam memenuhi target bauran nasional pada 2025.

Melalui kerja sama program Kampus Merdeka dan Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya), diharapkan mampu mengakselerasi pencapaian target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen.

BACA JUGA: Mahasiswa Baru di PTS Malah Berkurang Saat Kemendikbudristek Menggenjot APK

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Nizam mengatakan melalui program Gerilya, mahasiswa mendapatkan kesempatan melakukan studi independen Kampus Merdeka.

Program bertujuan menyiapkan mahasiswa sebagai aktivis energi bersih melalui pembelajaran secara sinkronus dan asinkronus selama kurang lebih satu semester. 

BACA JUGA: Asnawi tak Kuasa Menahan Beban Hidupnya, Innalillahi

“Kemendikbudristek memberi ruang kepada mahasiswa lewat program-program Kampus Merdeka agar mereka bisa menjadi bagian nyata perubahan Indonesia makin baik ke depan,” ucap Nizam dalam kegiatan peluncuran kerja sama secara daring, Jumat (13/8). 

Dia berharap, kerja sama tersebut memberi ruang mahasiswa mengaktualisasikan diri dan ilmunya lewat beragam kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, salah satunya program magang microcredential.

BACA JUGA: Berselingkuh dengan Istri Orang, Holil Menerima Akibatnya, Mengerikan!

“Program membantu para mahasiswa menjadi bagian nyata agen-agen perubahan Indonesia untuk Indonesia yang lebih baik ke depan," kata dia.

"Semoga kompetensi mahasiswa dalam bidang energi terbarukan makin terasah dan terlatih, sehingga akselerasi listrik tenaga surya bisa dipercepat."

Dirjen Nizam juga berharap program microcredentials digunakan para mahasiswa sebaik mungkin.

Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik juga diharapkan bisa membantu mahasiswa mengembangkan energi terbarukan baik pada microhydro, biomassa, dan panel tenaga surya. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Dadan Kusdiana mengatakan saat ini minat terhadap penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap makin meningkat.

Tercatat sudah sekitar 4000 pengguna. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2018 yang hanya berkisar 200 pengguna dikarenakan harganya yang makin kompetitif dan biaya investasinya turun 80 persen selama satu dekade terakhir.

"Gerilya lahir untuk mempercepat energi terbarukan oleh mahasiswa. Transisi energi dan target ambisius EBT untuk mendukung Paris agreement, Indonesia memiliki potensi 200 gigawatt tenaga surya dan pemanfaatannya di 2020 baru 150 megawatt," kata Dadan. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dini Hari, Juraidi Kalap Menghabisi Paman Sendiri


Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler