Kemendikbudristek: Edugames, Solusi Edukasi Siswa tentang Perubahan Iklim

Jumat, 09 Agustus 2024 – 10:19 WIB
Edugames diharapkan menjadi media pembelajaran yang efektif dalam mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga lingkungan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim. Foto Humas Kemendikbudristek

jpnn.com, JAKARTA - Perubahan iklim menjadi ancaman kehidupan manusia di saat ini dan juga masa depan.

Oleh karena itu, perlu adanya tindakan yang berkesinambungan dan upaya preventif untuk menanggulangi dampak negatif perubahan iklim. 

BACA JUGA: Kemendikbudristek Beberkan Capaian Pendidikan Vokasi Dalam Empat Tahun Terakhir

"Kami mengapresiasi kolaborasi internasional memperkaya metode pendidikan dan memberikan solusi konkret untuk meningkatkan kesadaran anak-anak terhadap isu perubahan iklim melalui edugames,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Suharti yang juga Ketua Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana di Jakarta, Kamis (8/8).

Dia menjelaskan perubahan iklim telah menjadi ancaman serius bagi kesejahteraan anak-anak dan pemuda.

BACA JUGA: Krisis Guru Mengancam, Kemendikbudristek Didesak Maksimalkan Sertifikasi

Kelompok ini sangat rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim yang dapat merugikan kesehatan, pendidikan, gizi, dan kesejahteraan. 

Dalam upaya mengatasi tantangan ini, PREDIKT dan ChildFund Indonesia, bersama dengan beberapa mitra, telah melakukan penelitian yang berfokus pada pengembangan materi pendidikan melalui pendekatan gamifikasi (edugames).

BACA JUGA: Kenduri Swarnabhumi 2024: Kemendikbudristek Rampungkan Tiga dari 12 Festival Daerah

Kegiatan ini didukung oleh Pemerintah Australia melalui Kolaborasi untuk Pengetahuan, Inovasi, dan Teknologi Australia dan Indonesia (KONEKSI). 

Hasil akhirnya untuk membantu Kemendikbudristek menyediakan materi pendidikan terkait perubahan iklim dan ketangguhan menghadapi bencana.

Juga dapat digunakan sebagai salah satu rujukan bagi pengembangan kebijakan dan kurikulum pendidikan perubahan iklim.

"Edugames ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran yang efektif dalam mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga lingkungan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim," ucapnya.

Pihak yang dilibatkan dalam kegiatan ini antara lain, Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Universitas Nusa Cendana (UNDANA), Charles Darwin University Australia, Harkaway Primary School Australia, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), dan Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (Seknas SPAB) Kemendikbudristek.

Kegiatan yang dimulai pada Juli 2023 tersebut dijadwalkan akan selesai pada Agustus 2024 ini. 

Upaya kolaboratif yang diusung oleh konsorsium ini juga telah melibatkan lebih dari 500 anak-anak dan 200 orang dewasa, termasuk orang tua, guru, pejabat pemerintah, akademisi, dan personel LSM, di seluruh Indonesia dan Australia yang berpartisipasi aktif, menjadikannya sebagai riset berskala besar dengan cakupan yang luas. 

Melalui pendekatan gamifikasi, materi pendidikan dikembangkan menggunakan media digital dan nondigital dalam bentuk papan permainan (board games) serta permainan digital yang telah dirancang agar mudah direplikasi di berbagai daerah.

Edugames ini dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, komunikasi risiko, tanggung jawab pribadi dan sosial, serta kesadaran akan lingkungan sekitar dan kesetaraan gender. 

“Kami bangga mempersembahkan alat yang tidak hanya mendidik tetapi juga memberdayakan anak-anak untuk menjadi agen perubahan," kata Research Team Leader/CEO of PREDIKT, Avianto Amri.

Prototipe edugames dikembangkan melalui proses Co-Creation partisipatif dan telah diuji beberapa kali oleh anak-anak di Jakarta, Kupang, dan Australia.

Input dari siswa sekolah berkebutuhan khusus juga dikumpulkan untuk meningkatkan inklusivitas gim. 

Setelah beberapa kali pengujian, serta studi yang melibatkan keluarga, anak-anak, dan guru menjadi acuan untuk menentukan efektivitas gim dalam mendorong minat anak-anak untuk bertindak terhadap isu iklim.

Mayoritas siswa yang berpartisipasi berpendapat jika gim ini menantang namun menarik.

Sementara itu, Claudia, salah satu anak dengan disabilitas netra dari kota Kupang, NTT, yang telah mencoba permainan papan ini juga mengaku permainan ini menyenangkan dan membuat siswa belajar banyak tentang bagaimana membantu lingkungan. 

"Saya sangat antusias untuk membagikannya dengan teman-teman saya," ucapnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak Perguruan Tinggi Belum Terakreditasi, Kemendikbudristek Siapkan Buku Pedoman SPMI


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler