jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengapresiasi kepala sekolah dan guru yang aktif belajar mandiri melalui platform Merdeka Mengajar.
Langkah tersebut menurut Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo, bisa meluruskan miskonsepsi dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut.
BACA JUGA: Penembak Istri Anggota TNI Akhirnya Digulung, Tetapi
Dia menyebutkan banyak modul pelatihan guru dan kepala sekolah di platform Merdeka Mengajar.
Modul diakses gratis menggunakan akun belajar.id. Panduan pembelajaran dan informasi terkait kurikulum bisa diakses melalui laman resmi kurikulum.kemdikbud.go.id.
BACA JUGA: Diajak ke Pantai, Gadis 15 Tahun Ini Diperkosa Pemuda Bejat, 8 Kali
"Kepala sekolah dan guru bisa belajar mandiri melalui platform yang telah disediakan tersebut,” terang Anindito, Jumat (22/7).
Kemendikbudristek melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang ada di provinsi, menurut Anindito, terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah, organisasi-organisasi guru, dan lainnya untuk terus memberikan pemahaman terkait Kurikulum Merdeka agar tidak terjadi miskonsepsi.
BACA JUGA: Di Hadapan Jenderal Bintang Dua, Andika Perkasa Bilang Jangan Main-Main
“Kurikulum Merdeka dirancang untuk memudahkan guru dalam mengajar yang berorientasi pada murid, sehingga menghadirkan pengalaman belajar yang terbaik bagi anak-anak,” tutur dia.
Pada kesempatan ini, Guru Penggerak Angkatan 3, SMP Negeri 1 Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Yenni Puspandari, mengatakan pesan yang ingin disampaikan dalam Kurikulum Merdeka ialah pembelajaran yang mengadopsi dari falsafah Ki Hajar Dewantara secara konkrit untuk melayani kebutuhan siswa.
“Saya melihat pemahaman para guru tentang implementasi Kurikulum Merdeka sangat beragam. Pertama yang perlu dipahami ialah konsep pembelajaran Ki Hajar Dewantara dengan penerapannya,” tutur Yenni.
Menurut dia, dengan melihat berbagai pandangan implementasi Kurikulum Merdeka ketika awal mulai dikenalkan timbul berbagai miskonsepsi.
Namun, dengan berjalannya waktu pandangan tersebut bisa diluruskan sejalan dengan proses belajar di komunitas-komunitas di tingkat daerah. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Utusan Kemendikbudristek Berjaya di IPhO 2022, Indonesia BerkibarÂ
Redaktur : M. Rasyid Ridha
Reporter : Mesyia Muhammad