jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyebut pihaknya mengevaluasi sejumlah subsidi.
Pasalnya, beberapa jenis subsidi dinikmati oleh golongan mampu.
BACA JUGA: Komitmen Pertamina Untuk Menjamin Ketersediaan BBM dan LPG Subsidi Harus Didukung
“Nah ini lah yang menjadi evaluasi bagi kami untuk bisa pertajam kebijakan subsidi ke depan,” kata Febrio seperti dikutip di Jakarta, Rabu (15/6).
Adapun dua subsidi yang sorot adalah LPG dan BBM.
BACA JUGA: Penyaluran BBM Subsidi Memanfaatkan Teknologi Digital, Efektif Gak Sih?
Menurutnya, mayoritas subsidi LPG tiga kilogram dan BBM justru dinikmati oleh masyarakat yang tergolong mampu.
“Kami lihat manfaat yang diterima masyarakat terhadap LPG memang terlihat dinikmati oleh hampir seluruh masyarakat dengan justru kelompok yang mampu,” katanya.
BACA JUGA: Pertamina Apresiasi Dukungan Pemerintah Tambah Subsidi BBM & LPG dan Kompensasi BBM
Hal itu, kata dia, mendorong pemerintah untuk menyusun kebijakan subsidi yang lebih tajam yaitu penggantian dari subsidi terbuka menjadi berbasis orang.
Kemenkeu menjelaskan empat desil masyarakat termiskin ternyata hanya menikmati subsidi LPG tiga kilogram sebesar 23,3 persen dari total subsidi.
Berbanding terbalik, empat desil terkaya menikmati 57,9 persen dari total LPG bersubsidi.
Tak hanya itu, penyediaan LPG di Indonesia ternyata mayoritas berasal dari impor yakni mencapai 80 persen dari total LPG.
Terlebih lagi, harga komoditas energi semakin meningkat akibat konflik geopolitik namun Harga Jual Eceran (HJE) tetap Rp 4.250 per kilogram sejak 2010 sedangkan harga keekonomiannya kini mencapai Rp 19.609 per kilogram.
“Ini menunjukkan besarnya beban dari subsidi LPG yang kita lakukan tapi ini keputusan dari kita bersama untuk menjaga daya beli di tengah ketidakpastian 2022,” jelasnya.
Kemudian, dari sisi konsumsi LPG bersubsidi juga makin meningkat yaitu diproyeksikan mencapai 7,82 juta metrik ton pada 2022 sedangkan konsumsi LPG non subsidi sebesar 0,58 juta metrik ton.
Selain itu, subsidi BBM ternyata turut dinikmati masyarakat mampu yaitu sebanyak 60 persen masyarakat terkaya menikmati hampir 80 persen dari total konsumsi atau 33,3 liter per rumah tangga per bulan.
Di sisi lain, 40 persen masyarakat terbawah hanya menikmati konsumsi BBM bersubsidi sebanyak 17,1 liter per rumah tangga per bulan.
Febrio menambahkan selisih antara harga penetapan dengan harga keekonomian dari BBM jenis solar saat ini sangat tinggi yakni Rp 5.150.
"Sementara untuk harga penetapan dan keekonomian Rp 12.170," ungkap Febrio. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul