Kemenpar Gelar ITTT di Kamboja, Laos, dan Myanmar

Kamis, 13 Juli 2017 – 13:18 WIB
Kemenpar Gelar ITTT di Kamboja, Laos, dan Myanmar. Foto: Kemenpar

jpnn.com, MYANMAR - Untuk menggenjot capaian wisatawan mancanegara (wisman) tahun 2017 ini, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) makin agresif menjaring wisman di negara Asia Tenggara (Asteng).

Untuk pertama kalinya, Kemenpar menggelar International Tourism Table Top (ITTT) di Kamboja, Laos, dan Myanmar pada 10-14 Juli 2017.

BACA JUGA: Kosongkan Jadwal Anda, Datanglah ke Festival Krakatau Lampung

"Asia Tenggara pertumbuhan ekonominya semakin meningkat, banyak negara di Asia Tenggara yang bisa digarap. Sekitar 40 persen wisatawan Indonesia berasal dari wilayah Asia Tenggara," ujar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar I Gde Pitana.

ITTT yang dibuka di Kamboja diharapkan mampu memberikan informasi mengenai Indonesia kepada 39 agen perjalanan negara itu yang ikut berpartisipasi. Meski Kamboja dan Indonesia menghadapi kendala tidak adanya akses langsung, tetapi pariwisata Indonesia tetap harus diperkenalkan sebagai langkah awal.

BACA JUGA: Umbar Mak Byarr! Festival Kesenian Yogyakarta Datang Lagi

"Kita mulai dari Table Top dulu sebelum promosi ke pelanggan langsung. Karena mereka (agen perjalanan), bisa mempengaruhi klien mereka. Dengan biaya yang lebih murah, kita bertemu antara bisnis to bisnis," jelasnya.

Dalam ITTT ini, sebanyak sembilan seller agen perjalanan dari Jakarta, Yogyakarta, Bali, dan Lombok akan dipertemukan dengan 39 buyers agen berjalanan di negara setempat.

BACA JUGA: Investor Tiongkok Lirik Pariwisata Semarang

Pertemuan bisnis ini dilaksanakan secara round robin (sellers meet buyers), sehingga semua sellers dapat bertemu dengan semua buyers yang hadir.

Menurutnya, program ini juga merupakan salah satu upaya menangkap peluang Kamboja sebagai salah satu pasar potensial, selain pasar-pasar utama yang selama ini telah digarap oleh Kemenpar, yaitu Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Jika ITT di Singapura dan Malaysia sudah dilakukan dua tahun sekali, di Kamboja, Laos, dan Myanmar masih relatif baru.

"Kelihatan semua destinasi di Indonesia mereka berminat untuk mengunjungi. karena mereka belum tahu. Sebenarnya ini keuntungan juga untuk kita," katanya.

Lebih lanjut pria asal Bali ini menjelaskan, untuk memberikan gambaran kekayaan alam dan budaya Indonesia, dalam kegiatan ini Indonesia menampilkan tarian dan makanan tradisional.

Sajian tersebut akan semakin mendorong tagline Wonderful Indonesia yaitu explore further, yaitu ajakan untuk mengeksplor keindahan alam, kesenian dan kerajinan yang unik, musik yang khas, kekayaan gastronomi, keramahan wisata termasuk destinasi sepuluh destinasi prioritas unggulan yang disebut "Bali Baru".

Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kemenpar Rizki Handayani

menambahkan, walaupun pasar Kamboja belum sebesar pasar-pasar negara lainnya di Asia Tenggara, namun secara kualitas, wisatawan negara itu memiliki daya beli yang cukup tinggi.

Jumlah wisatawan Kamboja sendiri terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2016, jumlah wisatawan Kamboja ke luar negeri mencapai 1,4 juta orang atau meningkat sebesar 20 persen dibandingkan dengan 2015.

Selama periode Januari-Maret 2017, jumlah wisatawan Kamboja yang ke luar negeri tercatat telah mencapai 386.345 orang.

Jumlah itu meningkat sebesar 12 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016.

Tidak hanya itu, dalam ITTT ini, Kemenpar juga mempunyai misi lainnya, yaitu mendukung maskapai penerbangan untuk melakukan promosi wisata Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menjawab keraguan maskapai yang hendak membuka rute penerbangan internasional baru di suatu daerah.

"Misalnya, kita mau mengembangkan Belitung dan akan dibuka penerbangan internasional dari Belitung. Namun, maskapai bingung siapa yang akan naik? Kemenpar lalu akan membantu mempromosikan Belitung misalnya di Singapura," ujar wanita jebolan ITB Bandung itu.

Menurutnya, Kemenpar akan mendorong Belitung untuk membuat paket wisata menarik, yang berbeda dengan destinasi-destinasi wisata lainnya di Asean seperti Phuket di Thailand atau Langkawi di Malaysia.

Paket wisata saat ini lebih diminati mayoritas pelancong di negara seperti Singapura dan Malaysia.

"Jadi nanti airline terbang dan kami promosi. Kami ambil alih anggaran mereka untuk promosi. Saya harap kepala daerah juga bisa mendukung," ungkap wanita yang biasa disapa Kiki.

Menteri Pariwisata Arief Yahya telah menetapkan target bulanan untuk memonitor progress pencapaian target pasar. Target tersebut terus dimonitor, ditelaah dan dianalisis secara konsisten.

Hal itu guna mendukung Kementerian Pariwisata menyesuaikan strategi pencapaian dalam menghadapi perubahan kondisi pasar yang bergerak sangat cepat.

Menpar Arief Yahya sebelumnya mengatakan, dalam waktu dekat akan menyediakan terlebih dahulu penerbangan langsung dari Kamboja dan Myanmar ke Indonesia.

Rencananya, untuk mendatangkan wisman yang berasal dari Kamboja dan Myanmar akan diarahkan ke bandara-bandara yang ada di jawa Tengah termasuk menunggu Bandara Kulonprogo diresmikan.

"Kenapa Jawa Tengah? Kamboja dan Indonesia itu memiliki kesamaan culture dalam peninggalan sejarah agama Budha. Bila di Kamboja ada Angkor Wat, kita memiliki Candi Borobudur yang merupakan candi umat Budha terbesar di dunia," kata Menpar Arief Yahya.

Pria asal Banyuwangi itu menambahkan, sampai saat ini pihaknya telah mengusulkan penerbangan dari rute Phnom Penh ke Solo. Dia mengungkapkan dengan adanya rute tersebut, wisatawan dari Kamboja akan lebih mudah melakukan perjalanan ke Borobudur dan obyek-obyek wisata lain di sekitarnya. "Ini masih diperjuangkan. Sementara Garuda sudah mulai oke untuk tes pasar," ungkapnya. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Minta Promosi Wisata Sumba Dikelola Lebih Modern


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler