Kemenparekraf Dorong Pelaku Usaha Terapkan Sustainable MICE Event

Rabu, 20 Maret 2024 – 17:32 WIB
Kantor Kemenparekraf. Ilustrasi. Dok. Website Kemenparekraf

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendorong pelaku usaha untuk menerapkan konsep sustainable Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) event.

Hal itu sebagai langkah nyata meminimalisir emisi karbon yang dihasilkan dalam kegiatan turisme.

BACA JUGA: Kemitraan Kemenparekraf dan KUMPUL.ID Tingkatkan Kelangsungan Hidup Startup

Staf Ahli Bidang Pengembangan Usaha Kemenparekraf Masruroh mengatakan komitmen menekan impak negatif dari aktivitas perjalanan dan kegiatan MICE telah digaungkan Indonesia bersama dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara sejak beberapa tahun lalu.

“Indonesia berkomitmen menerapkan green meeting. Kami akan terus meningkatkan kesadaran para pelaku dalam penerapannya,” ungkap Masruroh dalam siaran persnya, Selasa (20/2).

BACA JUGA: Waka MPR Ingatkan Kemenparekraf Jangan Abaikan Kearifan Lokal dalam Kembangkan Desa Wisata

Dalam menerapkan konsep penyelenggaraan kegiatan MICE yang ramah lingkungan, setidaknya ada lima elemen yang dapat dijadikan rujukan para event planner ketika menggelar acara.

Pertama, terkait dengan pemilihan venue dan hotel.

BACA JUGA: Indef Tanggapi Wacana Pemisahan Ekonomi Kreatif dari Kemenpar

Para event planner diharapkan dapat memprioritaskan venue dan hotel yang memiliki paket green meeting dan mengantongi sertifikat di bidang lingkungan seperti green building, ASEAN Green Hotel Standard, atau environmental management system (EMS).

Selain itu, jarak antara lokasi acara dengan hotel tempat menginap para delegasi sebaiknya dapat ditempuh dengan berjalan kaki sehingga dapat mengurangi produksi karbon.

Kedua, pemilihan transportasi. Apabila harus terbang ke sebuah destinasi, sebaiknya memilih penerbangan langsung untuk mengurangi emisi karbon.

Selanjutkan dianjurkan menggunakan transportasi publik setibanya di destinasi tujuan, atau memakai kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan.

Ketiga, food and beverage. Makanan yang disajikan sebaiknya menggunakan bahan baku lokal guna mengurangi emisi karbon. Kemudian, Penyajian makanan tidak lagi menggunakan air dalam kemasan botol plastik atau kertas serta memilih bahan baku organik.

Keempat, pemanfaatan teknologi. Para event planner dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Semisal materi seminar tak lagi dicetak di atas kertas, melainkan diberikan dalam bentuk softcopy (paperless).

Selain itu, event planner sebaik tak lagi mencetak backdrop untuk dekorasi ruangan, tapi dianjurkan menggunakan teknologi LCD, dan menggunakan peralatan yang hemat energi.

Terakhir pengelolaan limbah. Terkait sampah, ternyata produksi sampah sebuah kegiatan MICE itu terbilang tak sedikit.

Dilansir dari Atlantis Press, berdasarkan riset yang dilakukan oleh International Exhibition Alliance di UK pada 2001 bahwa produksi sampah rerata sebuah pameran itu mencapai 2.900 ton.

Hasil riset itu juga menyebutkan bahwa biaya pengelolaan sampah dari 823 pameran di UK selama tahun 2001 mencapai USD730 juta atau sekitar Rp 10,9 triliun.

Untuk mengurangi produksi limbah, beberapa organizer, exhibitor dan stand contractor mulai menggunakan material lokal, mengurangi penggunaan plastik serta menggunakan modular system ketika membangun stand pameran.

Apabila terpaksa harus menggunakan kertas dan plastik, sebaiknya memilih atau memanfaatkan bahan yang dapat didaur ulang.

Kemenparekraf meyakini, jika kesadaran stakeholder MICE menerapkan konsep sustainable MICE event, akan meningkatkan daya saing Indonesia sebagai destinasi tujuan MICE dunia.

Hal tersebut sejalan dengan tren pemilihan destinasi MICE yang menjadikan aspek ‘hijau’ sebagai pertimbangan utama bagi para event planner. (ddy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Upaya KUMPUL.ID dan Kemenparekraf Mendorong Akselarasi Startup


Redaktur & Reporter : Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler