jpnn.com, MANGUPURA - Pemerintah Kabupaten Badung mengusulkan agar Kementerian Sosial (Kemensos) memperpanjang Program Pejuang Muda.
Program ini dinilai mampu mengakselerasi penanganan masalah sosial, termasuk pemutakhiran data.
BACA JUGA: Kemensos Kucurkan Bantuan Atensi, Risma Ajak Semua Pihak Peduli
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Badung Bali I Ketut Sudarsana mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Kemensos karena Program Pejuang Muda bermanfaat bagi masyarakat setempat.
“Terima kasih untuk Program Pejuang Muda yang telah membantu kami memverifikasi data,” ujar I Ketut Sudarsana di Mangupura belum lama ini.
BACA JUGA: Bansos Ecih Akhirnya Cair setelah Menunggu 4 Tahun, Kemensos Ungkap Alasannya
Hingga kini, kata I Ketut, Program Pejuang Muda telah menyelesaikan 30 persen pemutakhiran data dan permasalahan sosial.
Permasalahan data dan tantangan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bukan persoalan sederhana.
BACA JUGA: Ini Pesan Risma kepada Pegawai Kemensos
Dia yakin, program ini akan membawa progres signifikan.
“Salut dengan kinerja mereka yang menyelesaikan 30 persen persoalan data dan masalah sosial. Jadi, kami meminta Ibu Mensos agar dilanjutkan program bagus,” katanya.
Salah satu persoalan yang berhasil diatasi Pejuang Muda adalah masalah data.
Ketut menilai, Pejuang Muda bisa bekerja cepat dan profesional dalam verifikasi data, termasuk menyisir data ganda.
“Ini sangat membantu meningkatkan ketepatan sasaran bantuan sosial. Menyikapi data yang bersifat dinamis, perlu dukungan SDM dengan kinerja baik seperti Pejuang Muda,” katanya.
Selama sebulan terakhir, pihaknya terus memantau kegiatan Program Pejuang Muda. Sejauh ini, tidak ada masalah dalam dukungan logistik seperti penginapan, kendaraan, maupun di lapangan.
“Berjalan baik sesuai yang ditargetkan dan kami mengakui anak-anak muda itu kerjanya cepat. Saya suka,” katanya.
Kementerian Sosial bertugas menyelenggarakan kesejahteraan sosial.
Salah satunya, mempercepat pengentasan kemiskinan melalui Program Pejuang Muda.
Program ini diselenggarakan atas kolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) serta Kementerian Agama.
Peluncuran program dilakukan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini pada 17 September.
Program Pejuang Muda diikuti para mahasiswa yang diberi kesempatan mencari pengalaman ke daerah prioritas.
Yaitu, daerah pascabencana, kantong kemiskinan, dan daerah komunitas adat terpencil (KAT).
Salah seorang peserta Program Pejuang Muda, Rio (22), mahasiswa Universitas Indonesia (UI), menuturkan banyak ditemukan permasalah sosial yang kompleks dan dinamis.
“Kami menemukan data penerima bansos yang kontradiktif. Ada seorang bidan menerima bantuan dan di saat yang sama tetangganya orang miskin tidak menerima bantuan sosial,” ungkapnya.
Mahasiswa Jurusan Kriminologi UI itu menyatakan, di awal program berjalan, ada pihak yang menanyakan surat tugas dan meminta paksa hasil verfikasi data yang dilakukan dengan alasan untuk mencocokkan dengan data yang ada.
“Semuanya bisa diatasi dengan mengedepankan edukasi. Verifikasi data sangat penting agar bantuan dari Kemensos bisa tepat sasaran dan masyarakat miskin bisa terbantu,” kata Rio.
Usai mengikuti Program Pejuang Muda, masih banyak ditemukan masalah sosial di masyarakat yang memang membutuhkan penanganan serius dari semua pihak.
“Terima kasih, Ibu Mensos yang memberikan kesempatan melalui Program Pejuang Muda. Juga, kepada kawan mahasiwa lain agar tak hanya hidup di kampus tapi perlu turun membuat program konkret bagi masyarakat,” katanya. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi