Kementan Ajak Petani Lakukan Pemupukan Berimbang

Rabu, 12 Mei 2021 – 13:18 WIB
Kegiatan webinar yang digelar Forwatan bersama Kementan. Foto: dok. Forwatan

jpnn.com, JAKARTA - Kementan menyebut bahwa saat ini penggunaan pupuk di kalangan petani telah berlebihan dari dosis yang disarankan.

Hal itu menyebabkan kondisi unsur hara di lahan pertanian menjadi kian menipis.

BACA JUGA: Kementan Dorong UMKM Hortikultura Tampilkan Packaging Menarik

"Untuk itu kami mengajak petani agar memanfaatkan pupuk secara efektif, berimbang, dan efisien sehingga dapat meningkatkan produksi pertanian yang lebih optimal,” kata Karo Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri dalam webinar yang digelar Forwatan, Selasa (11/5).

Dalam webinar bertemakan Peningkatan Produksi Pertanian dengan Pemupukan Berimbang itu, Kuntoro menyebut petani sudah berlebihan menggunakan beberapa jenis pupuk kimia sehingga akan berdampak kepada kesuburan tanah.

BACA JUGA: Pastikan Stok Aman Jelang Lebaran, Kementan Pantau Langsung Panen Cabai di Temanggung

Sementara itu, Kepala Balitbang Kementan Ladiyani Retno Widowati mengatakan, pertanian saat ini mengalami degdradasi, penurunan kualitas, dan produktivitas akibat pemupukan yang berlebihan atau tidak berimbang.

“Berimbang itu artinya sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan target. Jadi, harus tahu, pemberian pupuk itu untuk mencapai semua status, semua hara esensial seimbang, sesuai dengan kebutuhan tanaman untuk meningkatkan produksi mutu hasil, meningkatkan efisiensinya," kata dia.

BACA JUGA: IPB: Kementan Punya Cara Cerdas dalam Meningkatkan NTP NTUP

Menurutnya, Indonesia sangat kaya akan keragaman tanah, dari ujung Sabang sampai Merauke. Setiap tanah memiliki tingkat kesuburan berbeda. Karena itu, kebutuhan pupuk setiap tipe tanah berbeda-beda.

Tanaman akan merespons berapa jumlah pupuk yang ditambahkan ke tanah. Namun harus hati-hati karena yang ditambahkan harus sesuai dengan kebutuhan.

Sebagai contoh, merujuk data IRRI bahwa tanaman padi membutuhkan hara per ton terdiri dari N sebesar 17, 5 kg/ton gabah, P sebesar 3 kg/ton gabah, dan unsur K 17 kg/ton gabah.

Ladiyani menyebutkan, dampak dari pemupukan yang tidak berimbang bisa membuat tanaman menjadi kerdil, pembungaan dini, mudah diserang organisme pengganggu tanaman (OPT) dan produksi tidak sesuai dengan potensi tanaman (varietas).

Bukan hanya itu, pemupukan yang tidak berimbang juga membuang-buang anggaran, pencemaran lingkungan, tanman tidak tumbuh dengan baik, produksi tidak optimal dan kualitas produk menurun.

“Misalnya, daya simpan menurun jika terlalu banyak N, beras pecah tinggi bila K kurang,” jelasnya. (cuy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kementan   Pupuk   petani   pertanian  

Terpopuler