Kementan Ajak Petani Milenial Bergabung Dalam Era Industri Pertanian 4.0

Kamis, 19 November 2020 – 20:43 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo. Foto: Humas Kementan.

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak kepada para petani milenial untuk bergabung dalam era industri pertanian 4.0.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meminta generasi milenial pertanian agar dapat memanfaatkan paradigma baru dunia digital dalam mengembangkan perihal bertani.

BACA JUGA: Petani Milenial Lombok Dongkrak Produktivitas Pertanian di NTB

“Pertanian sekarang tak lagi sama dengan pertanian di masa lalu. Di era digital seperti sekarang sektor pertanian juga beradaptasi dengan teknologi 4.0 untuk menjawab tantangan ke depan. Di situlah peran serta generasi milenial,” ujar Mentan SYL beberapa waktu lalu.

Ajakan tersebut kembali dipertegas oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM  Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi  saat memberikan Kuliah Umum yang digelar Kamis (19/11/2020), secara virtual.

BACA JUGA: Tinggalkan Impor, Jadikan Indonesia Juara Hortikultura

Menurut Dedi Nursyamsi, sudah banyak petani milenial yang sukses setelah memanfaatkan pertanian 4.0.

"Misalnya ada petani milenial Indra Bachtiar yang punya Smart Green Farm dengan komoditas tomat ceri yang dikembangkan secara hidroponik. Ada juga 8 Villages yang punya banyak produk pertanian, buah, dan lainnya," terang Dedi Nursyamsi dari AOR Polbangtan Bogor.

BACA JUGA: Luar Biasa, Luhut Sukses Jinakkan Trump

Dedi menjelaskan, para petani milenial sudah banyak yang menggunakan aplikasi yang bisa mendekatkan produsen dengan konsumen, atau petani dengan masyarakat.

"Masyarakat harus memenuhi kebutuhan pangannya. Dan dengan aplikasi, masyarakat tidak perlu datang ke pasar, kios, toko, dan lainnya. Mereka cukup order dan bayar melalui aplikasi maka pesanan akan datang ke rumah," katanya.

Dedi menambahkan, hal ini bisa terjadi karena saat ini petani milenial telah menggunakan aplikasi dalam pemasaran, market place, dan lainnya.

Dedi mengatakan, untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas, transformasi pertanian harus dilakukan dari yang konvensional ke modern.

"Kita harus beralih dari pertanian tradisional ke pertanian era industri 4.0. Ciri-ciri dari era teknologi pertanian 4.0 adalah pemanfaatan internet of things (IoT), big data, remote sensing, robot construction, dan artificial intelligence," katanya.

Dijelaskannya, salah satu cara bertani era industri 4.0 adalah smart farming. Cara ini potensial untuk meningkatkan produktivitas efisiensi dan efektivitas. Sehingga dapat meningkatkan daya saing produk pertanian.

"Petani milenial sudah banyak berkiprah di bisnis pertanian. Baik on farm seperti budidaya, maupun diolahan dan pemasaran atau off farm misalnya melalui penyediaan di marketplace softeker dan lain-lain. Sektor pertanian sudah masuk era industri 4.0. Dan anak-anak muda pertanian sudah harus bergabung di dalamnya," tutur Dedi.

Sementara Kepala Pusdiktan BPPSDMP, Idha Widi Arsati, mengatakan mahasiswa Polbangtan di Tanah Air sangat antusias mengubah kuliah umum ini.

"Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang mengikuti lewat aplikasi Zoom, atau pun peserta yang mengikuti secara live streaming lewat Youtube," tuturnya.

Idha mengatakan, era industri 4.0 membuat petani harus mengubah mindset. Khususnya para petani milenial.

"Petani kita harus mengubah mindset agar lebih adaptif, agar bisa meningkatkan produktivitas pertanian. Kita semua sudah berada di era industri 4.0. Artinya, pertanian harus mengarah ke pertanian modern. Dan kita sebagai pelaku pertanian harus siap untuk menghadapi industri 4.0," katanya.(ikl/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler