Petani Milenial Lombok Dongkrak Produktivitas Pertanian di NTB

Sabtu, 14 November 2020 – 14:57 WIB
Suasana saat Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengukuhkan 67 duta petani milenial dan duta petani andalan secara online dengan aplikasi zoom pada Senin (13/4). Foto: Humas Kementan

jpnn.com, LOMBOK - Petani milenial di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dinilai akan berperan besar dalam peningkatan produktivitas pertanian di wilayah itu.

Kementerian Pertanian (Kementan) sendiri memberikan perhatian yang besar terhadap petani milenial.

BACA JUGA: Dapat Penghargaan dari Presiden Jokowi, Mantan Mentan Amran: Ini untuk Petani Indonesia

Hal ini dibuktikan setelah Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) membentuk Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA).

"Bung Karno pernah menyampaikan bahwa pemuda itu cerdas, enerjik dan inovatif. Hal itu terbukti bahwa DPM asal Nusa Tenggara Barat mampu memproduksi pupuk hayati yang mampu meningkatkan produktivitas tanah,” ujar Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi.

BACA JUGA: Dijemput Intel Korem, NI Ngakunya Berpangkat Kapten TNI, Oh Ternyata

Hal itu dikemukakan Dedi Nursyamsi saat bertemu DPM NTB Adzwar Fuadi didampingi Kepala Balai Karantina Provinsi NTB, Kepala BPTP, Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTB, dan Kepala SMKPP Mataram, Jumat (13/11).

Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa pupuk hayati Bio Az Wa yang dihasilkan petani milenial terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanah.

BACA JUGA: Pertanian Berkembang Pesat, Kinerja Kementan di Bawah Syahrul Yasin Limpo Dipuji Akademisi

Bila digunakan untuk tanaman tembakau, maka kualitas tanah akan bagus, pertumbuhannya tanamannya berkualitas dan meningkat lebih dari 50 persen. Selain itu ada produk pembenah tanah dan pestisida nabati organik.

Produk inovasi tersebut dibuat dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang ada di ladang tembakau sawah untuk meningkatkan produktivitas tanahnya.

"Saya minta DPM dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTB untuk mencetak sebanyak-banyaknya petani pengusaha milenial, minimal satu kabupaten satu petani milenial,” kata Dedi.

Menurut Dedi, Kalau NTB bisa cetak 10 petani milenial dalam satu kabupaten, maka produktivitas pertaniannya akan berkembang pesat. Terbukti sekarang saja sudah mampu ekspor keluar daerah dan tembakaunya sudah ekspor keluar negeri.

Dedi juga meminta seluruh penggiat pertanian, di NTB untuk meningkatkan komoditas pertanian yang ada, terutama untuk pakan ternak budidaya sapi. Sebab, katanya, kalau pakannya digenjot, pasti sapinya tumbuh subur.

"Kalau kita sekarang masih impor daging, peran duta petani milenial bisa mendongkrak pakan ternak dan produktivitas sapi dan daging," tambah Dedi.

Untuk itu, Kementan terus mendorong peningkatan kemampuan dan bimbingan terhadap petani milenial. Pertama, melalui virtual maupun konvensional.

Kedua, mendampingi sepak terjang petani milenial dalam mengenjot produktivitasnya. Ketiga membangun forum komunikasi untuk koordinasi bagi DPM dan DPA Indonesia.

“Saya sendiri sudah menyaksikan kerjasama DPM dengan industri olahan. Di mana industri tersebut membutuhkan bahan baku seperti jambu batu, nanas, sirsak, dan lainnya guna dijadikan ekstrak dan tepung untuk ekspor. Dan DPM dari beberapa daerah siap memasok kebutuhan industri tersebut,” tutur Dedi.

Selain itu, Kementan juga akan terus mendukung petani milenial agar berkiprah semaksimal mungkin dari hulu sampai hilir.

"Dari hulu bagaimana mendapatkan akses modal, meningkatkan produktivitas tanah, sedangkan hulunya disiapkan pasar,” tambah Dedi Nursyamsi.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTB Husnul Fauzi mengatakan akan memunculkan petani milenial di setiap kabupaten minimal satu petani milenial.

"Tugas kami merapatkan barisan bersama milenial untuk meningkatkan produktivtas dan menciptakan inovasi seperti yang dilakukan Azwar. Dengan kepiawaian inovasi anak muda, semua harapan akan tercapai. Apalagi pemenuhan kebutuhan pangan di daerah semakin tinggi, maka produktivitas akan ditingkatkan,” ujarnya.

Sementara itu, PDM asal NTB Azwar menyatakan kesiapannya untuk mengaktifkan petani milenial lain untuk terjun di dunia pertanian. Karena petani itu tidak lagi identik dengan kotor dan miskin, tetapi justru menghasilkan ekonomi yang tinggi.

"Dan kami akan mengajak mereka lebih banyak lagi,” ujar Azwar.

Menurutnya, ide dan inovasi produk yang dibuatnya berawal dari permasalahan kelangkaan pupuk. Sebenarnya, kaya Azwar, bukan pupuk yang langka, tetapi kita kurang cerdas melihat peluang.

Dia juga mengatakan bukan pupuk yang meningkatkan produksi, tetapi bagaimana pupuk itu diserap maksimal.

"Dengan inovasi yang kita ciptakan, bisa menjadi solusi bagaimana tanah yang ph-nya rendah, kadar logam tinggi, semua bisa dipecahkan dengan teknologi," kata Azwar.

Menurutnya, produk tersebut sudah menyebar di empat provinsi dan satu provinsi sudah ada distributornya. Ke depan, targetnya adalah memasarkannya hingga ke Indonesia Timur.

"Saat ini produksinya masih sepuluh ribu liter, ke depan bisa 10.000 liter karena permintaannya semakin bertambah. Semakin langka pupuk maka produk ini solusinya," tambah Azwar.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (mentan SYL) mengatakan bahwa petani milenial adalah masa depan pertanian Indonesia.

“Kita akan terus lakukan regenerasi. Kita akan upayakan mencetak petani-petani milenial untuk mendukung kemajuan pertanian di Indonesia," kata Mentan SYL.(*/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler