Kementan Angkat Tema Digitalisasi Sektor Pertanian pada Sidang AFSIS Ke-20

Rabu, 08 Juni 2022 – 13:34 WIB
Para pemimpin negara ASEAN berkomitmen mengatasi dampak pandemi melalui penguatan ketahanan pangan dan gizi dalam sidang AFSIS ke-20 di Jakarta pada 8-9 Juni 2022. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mengusung digitalitasi sektor pertanian sebagai solusi penguatan ketahanan pangan dalam sidang Agriculture and Food Security Information System (AFSIS) ke-20.

Sekretaris Jenderal Kementan Kasdi Subagyono menyatakan para pemimpin negara ASEAN berkomitmen mengatasi dampak pandemi melalui penguatan ketahanan pangan dan gizi.

BACA JUGA: Kementan Raih Predikat Kepatuhan Tinggi Standar Pelayanan Publik dari Ombudsman

Menurut dia, sangat penting mempromosikan tindakan kolaboratif dalam menyediakan data dan informasi dengan mitra dialog seperti ASEAN +3 dan organisasi internasional.

“Kami mengingatkan untuk memberikan perhatian yang lebih terkait isu perubahan iklim terhadap pertanian dan ketahanan pangan, serta masih adanya ketegangan politik di wilayah Laut Hitam yang sedikit banyak berdampak pada sektor pertanian secara keseluruhan,” kata Kasdi.

BACA JUGA: Kementan Berkontribusi Positif di Tengah Pandemi, Anggota DPR: Patut Diapresiasi

Hal itu dikatakannya saat membuka pertemuan AFSIS ke-20 tersebut yang dihelat di Jakarta, Rabu (8/6)

Perlu diketahui, AFSIS merupakan kerja sama regional 10 negara di ASEAN +3 (Republik China, Jepang, dan Republik Korea) dengan tujuan memperkuat ketahanan pangan di wilayah ASEAN melalui pengumpulan, analisis, serta penyajian data soal ketahanan pangan.

BACA JUGA: Kementan Menggelar Pengobatan Massal Sapi Bergejala PMK di Malang

Pertemuan Focal Point AFSIS ke-20 ini dilaksanakan secara hybrid selama 2 hari dari 8 sampai 9 Juni.

Ketua Delegasi Indonesia Anna Astrid selaku tuan rumah memaparkan tentang digitalisasi pertanian guna mendukung pencapaian ketahanan pangan di Indonesia.

Dia menjelaskan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi diadopsi pada pembangunan pertanian di Indonesia baik pada kegiatan on-farm maupun off-farm.

Selain itu, peningkatan kapabilitas penyuluh dan petani sebagai sarana dalam melakukan koordinasi dan komunikasi antar stakeholder dalam monitoring ketersediaan dan distribusi produksi pertanian, serta dalam kegiatan pendataan pertanian.

Kemudia, Indonesia menyusun program food estate yang difokuskan untuk pengembangan smart farming.

"Saat ini, Indonesia mengembangkan penggunaan internet of thing (IoT) pada kegiatan on-farm,” papar Anna.

Dalam monitoring kondisi pertanaman, lanjut Anna, Kementan mengembangkan sistem aplikasi menggunakan teknologi remote sensing.

Untuk menyokong pilar aksesibilitas pangan, Kementan bekerja sama dengan e-commerce dan transportasi online dalam memperlancar pemasaran dan distribusi komoditas pertanian sekaligus mengatasi permasalahan.

“Digitalisasi pertanian dilaksanakan guna memperkuat peran penyuluh dalam melakukan pembinaan kepada petani sekaligus mengenalkan teknologi TIK pada kegiatan budi daya dan pemasaran hasil kepada petani," ujarnya.

Kementan membangun aplikasi yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas produk pangan demi mendukung pilar utilisasi pada program ketahanan pangan.

“Terakhir, guna mendukung pilar stabilisasi, Kementan membangun sistem monitoring stok pangan. Input dan pelaporan data dilakukan secara online. Semua program selaras dengan slogan menuju pertanian yang maju, mandiri, dan modern,” imbuh Anna. (mrk/jpnn)


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler