Kementan Cetak 2000 Petani di 2021, Sebanyak 1000 Orang Dikirim ke Jepang

Rabu, 30 Desember 2020 – 22:52 WIB
Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi. Foto: Humas Kementan.

jpnn.com, CIAMIS - Kementerian Pertanian (Kementan) sangat serius menggenjot pertumbuhan petani milenial.

Pada 2021, Kementan akan mengirim 1000 petani milenial magang di Jepang.

BACA JUGA: Magang di Jepang, Kementan Dorong Petani Milenial Garut jadi Pengusaha Pertanian

Sebab, petani milenial merupakan ujung tombak regenerasi yang akan meneruskan sektor pertanian.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) memang sangat concern terhadap bertumbuhnya petani milenial.

BACA JUGA: BPPSDMP Kementan Targetkan Cetak Petani Milenial Hingga 2,5 Juta

Bahkan hingga lima tahun ke depan Mentan SYL menargetkan 2,5 juta petani milenial di seluruh Indonesia.

Hal itu melihat kondisi saat ini di mana perkembangan di dunia pertanian makin maju.

"Saya mempersiapkan kurang lebih 2,5 juta petani milenial dalam lima tahun ini," kata Mentan SYL.

Mantan gubernur Sulawesi Selatan yang menjabat dua periode itu mengatakan bahwa keinginan tersebut lahir lantaran saat ini ada sejumlah petani Indonesia, bisa menghasilkan uang hingga puluhan juta rupiah.


Menurutnya, dengan perkembangan teknologi pertanian sekarang ini, siapa pun bisa menjadi petani.

Di era sekarang ini pola pertanian sudah berbeda dengan pola kerja petani di masa dulu.

"Dengan kecanggihan sains, riset, dan teknologi tidak lagi mengharuskan petani terjun ke lumpur. Kakinya tidak lagi kotor karena lumpur," jelasnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menjabarkan lebih detail mengenai program cetak petani milenial.

Menurutnya, seribu petani milenial yang dikirim ke Jepang merupakan program kerja sama dengan berbagai stakeholder yang memiliki concern di sektor pertanian.

"Seribu petani milenial akan kami kirim untuk magang di Jepang. Kami kerja sama dengan berbagai macam stakeholder," kata Dedi Nursyamsi saat melakukan kunjungan kerja ke Kostratani Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (30/12).

Selain itu, Dedi menjelaskan Kementan akan merekrut seribu petani untuk diberi pelatihan di Ciawi.

Setelah dilatih, mereka langsung mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

"Ini cara kami untuk menjawab kebutuhan regenerasi petani. Mau tidak mau, siap tidak siap harus lakukan hari ini juga," tuturnya.

Dedi mengakui saat ini jumlah petani milenial Indonesia masih terbilang minim.

Namun, kualitasnya sudah bisa dilihat di mana petani milenial mampu menguasai pasar dari hulu hingga hilir.

Dia menegaskan petani milenial juga cenderung adaptif dengan perkembangam teknologi.

"Jumlah petani milenial kita sejumlah 29 persen, tetapi dia menguasai sektor pertanian dari hulu hingga hilir," katanya.

Menurutnya, petani milenial juga mengubah pola pertanian menjadi sektor mandiri, profesional dan modern yang melakukan pemasaran produknya menggunakan teknologi.

Kendati begitu, sebelum mencetak petani milenial yang harus dilakukan pertama kali adalah transformasi pertanian dari yang awalnya hanya sekadar memenuhi kebutuhan belaka menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. 


"Kalau sudah begitu niatnya sudah harus jelas orientasinya adalah bisnis yang menghasilkan uang," kata Dedi.

Menurut Dedi, di luar negeri seperti di Taiwan, Jepang, Korea, petani sudah bisa menghitung.

Dia mencontohkan, kalau menanam hortikultura di areal seluas satu hektare, maka akan mendapatkan uang dengan jumlaj tertentu.

"Karena dia sudah ada jaringan pemasarannya. Artinya, harus menguasai pasar," tegas Dedi.

Lebih lanjut Dedi menjelaskan Kostratani merupakan sarana untuk mencetak petani andal dan profesional di bidangnya.

Inovasi berbasis teknologi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari Kostratani.

"Kostratani ini sarana mengubah pola pertanian kita dari tradisional menjadi mandiri, profesional dan modern serta siap bersaing di era industri 4.0 yang mengandalkan teknologi," kata Dedi.

Menurutnya, yang terpenting di tengah pandemi Covid-19 saat ini adalah menjaga semangat untuk tetap fokus pada sektor pertanian.

"Semuanya semangat dan optimistis. Semangat ada di tangan, 80 persen keberhasilan ada di genggaman. Dengan semangat, jaminan ketersediaan pangan ada di gengaman kita," ucapnya. (*/jpnn)

 

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler