Magang di Jepang, Kementan Dorong Petani Milenial Garut jadi Pengusaha Pertanian

Rabu, 30 Desember 2020 – 11:47 WIB
Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi. Foto: Humas Kementan.

jpnn.com, GARUT - Kabar gembira datang dari Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar).

Petani milenial yang andal kini siap menjelma menjadi pengusaha di bidang pertanian.

BACA JUGA: BPPSDMP Kementan Targetkan Cetak Petani Milenial Hingga 2,5 Juta

Hal itu tak lepas dari pendidikan yang didapat saat magang di Jepang.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentam SYL) sangat concern terhadap tumbuhnya petani milenial.

BACA JUGA: Simak, Inilah Tujuh Pernyataan Syahrul Yasin Limpo dalam Perjuangan di Sektor Pertanian

Bahkan hingga lima tahun ke depan, Mentan SYL menarget 2,5 juta petani milenial di seluruh Indonesia.

Hal itu melihat kondisi perkembangan di dunia pertanian yang makin maju saat ini.

BACA JUGA: Generasi Milenial Didorong Garap Sektor Pertanian

"Saya mempersiapkan kurang lebih 2,5 juta petani milenial dalam lima tahun ini," kata Mentan SYL. 

Dia menjelaskan keinginan itu lahir lantaran saat ini sejumlah petani di Indonesia, bisa menghasilkan uang hingga puluhan juta rupiah.

Menurutnya, dengan perkembangan teknologi pertanian sekarang ini, siapa pun bisa menjadi petani.

Dia menegaskan di era sekarang ini pola pertanian sudah berbeda dengan masa lalu.

"Dengan kecanggihan sains, riset, dan teknologi tidak lagi mengharuskan petani terjun ke lumpur. Kakinya tidak lagi kotor karena lumpur," jelasnya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menambahkan, petani milenial jebolan magang di Jepang mendapatkan pengalaman berharga yang ditularkan kepada rekan-rekan di kampung halamannya di Garut.

"Jadi di sini (Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Wanaraja) ada alumnus magang di Jepang," ungkap Dedi  saat berdialog dengan puluhan petani milenial, Selasa (29/12).

Dedi mengatakan ternyata dengan magang Jepang itu kemampuan, pengalaman, dan keterampilan bertani meningkat pesat.

"Dia begitu pulang langsung jadi pengusaha petani milenial. Artinya bukan hanya berproduksi tetapi juga menghasilkan," kata Dedi.

Menurut Dedi, yang membanggakan adalah tidak hanya sekadar menjadi petani milenial mandiri, alumnus berama Dimyati, itu juga menularkan ilmunya kepada rekan-rekannya sesama milenial. 

Harus diingat, kata Dedi, yang melanjutkan tongkat kepemimpinan adalah petani milenial.

Karena itu, mau tidak mau mulai detik ini wajib menyiapkan bibit-bibit petani milenial untuk masa depan.

"Itu yang dilakukan Dimyati. Anak muda Garut sudah dipersiapkan menjadi petani milenial," ungkapnya.

Dedi berkomitmen mencetak lebih banyak petani milenial.

Meskipun saat ini jumlah petani milenial belum banyak, faktanya mereka mampu menguasai sektor pertanian dari hulu hingga hilir.

"Kondisi existing dari jumlah belum terlalu signifikan hanya 29 persen, tetapi kontribusinya terhadap pertanian sangat luar biasa," jelasnya.

Menurut Dedi, saat ini yang menguasai marketplace, aplikasi untuk penjualan online adalah petani milenial.

"Artinya yang menguasai industri 4.0 sektor pertanian adalah milenial," tutur Dedi. 


Menurut Dedi, mereka bukan hanya menguasai on-farm yaitu bagaimana olah tanah, pupuk, varietas, mengendalikan alsintan, panen dan lainnya.

Namun, ujar dia, mereka menguasai dari hulu hingga hilir dari bagaimana bercocok tanam hingga mengemas, mengolah dan menjual, sehingga pertanian menjadi bisnis yang menjanjikan dan menghasilkan.

Dimyati berterima kasih kepada BPPSDMP Kementan yang terus men-support dia dan rekan-rekannya bergerak di sektor pertanian.

Baginya, hal itu sebagai tonggak kebangkitan sektor pertanian Indonesia.

"Peran, keberadaan dan kehadiran BPPSDMP Kementam selama ini telah meningkatkan keterampilan kami. Kami berharap ini adalah tonggak kemajuan di bidang pertanian," ungkapnya.

Dimyati menegaskan ia sebagai genereasi muda pertanian tidak akan menyerah dengan kondisi apa pun untuk bertani, berproduksi dan meningkatkan produktivitas pertanian.


Dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Garut, Dedi menyempatkan diri berdialog dengan petani, kelompok tani (poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan) dan penyuluh di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kadungora.

Hadir pada kesempatan itu Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Camat Kadungora, Kapolsek Kadungora, Danramil Kadungora, Kepala Desa Kadungora.

Dedi sempat meninjau secara langsung wilayah yang menerima manfaat peogram IPDMIP di Kecamatan Kadungora. (*/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler