jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian RI (Kementan) terus mendorong para peternak di seluruh daerah untuk meningkatkan semua produksi melalui program Upaya Khuaus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB). Untuk mendukungnya, Kementan sudah mendistribusikan alat potong modern serta membuat sistem integrasi antara pakan ternak, dan pengendalian penyakit.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita, mengatakan peningkatan produksi daging wajib dilakukan para peternak untuk menggedor dan menjelajah daya ekspor ke sejumlah negara di Asia. "Sejauh ini kita sudah mengalokasikan 600 ribu ton daging ke negara tetangga Malaysia dan sebanyak 500 ribu ton ke negara Timur Tengah," ujar Diarmita saat ngobrol santai di Gedung PIA Kementan, Selasa (8/1).
BACA JUGA: Barito Timur Siap Jadi Sentra Baru Bawang Merah Kalimantan
Diarmita menjelaskan, peningkatan produksi merupakan jalan menuju cita cita lumbung pangan dunia pada tahun 2045 mendatang. Untuk itu, perbaikan dan evaluasi harus ditingkatkan secara cepat supaya mampu mengimbangi roadmap yang telah ditentukan.
"Dengan demikian kita harapkan Nilai Tukar Petani (NTP) terus mengalami kenaikan sehingga petani kita cepat sejahtera serta secara perlahan mampu mencapai cita cita lumbung pangan dunia pada tahun 2045 mendatang," katanya.
BACA JUGA: Tugas Mentan Produksi, Mendag Urus Impor
Diarmita mengatakan, pihaknya sedang menyasar daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat sebagai wilayah penghasil produksi sapi berkualitas. Sebab, selama ini penghasil sapi masih didominasi wilayah Jawa Timur.
"Kita sebenarnya ingin memperbaiki dari dari tentang apa sesungguhnya yang mau kita raih dalam rangka mengikuti roadmap. Jadi kita ingin peternak ini bukan hanya sebatas sambilan, tapi kerja tetap yang menghasilakam," katanya.
BACA JUGA: Meniti Jalan Swasembada Pajale
Dari semua rangkaian keberhasilan ini, kata Diarmita, Kebijakan Kementan dalam memudahkan sistem perizinan terbukti mampu meningkatkan nilai investasi yang bermuara pada peningkatan ekspor.
Berdasarkan data realisasi rekomendasi ekspor Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Ditjen PKH Kementan), volume ekspor sub sektor peternakan sejak Januari hingga November pada 2018 mencapai sebesar 229.180 ton dengan nilai 578.402.448 dolar AS.
Terhitung volume ekspor naik sebesar 9,67 persen, sedangkan nilai ekspor meningkat sebesar 3,19 persen jika dibandingkan dengan volume dan nilai ekspor Januari-November 2017 yang sebesar 208.965 ton dan 569.230.610 dolar AS.
"Dengan data itu capaian ekspor peternakan dan kesehatan hewan pada 3,5 tahun terakhir (2015-2018 semester I) mencapai Rp 32,13 triliun. Kontribusi ekspor terbesar pada kelompok obat hewan yang mencapai Rp 21,58 triliun menembus ke 91 negara tujuan," katanya.
Aceh Berhasil Produksi Sapi
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Aceh, Drh. Rahmmadi mengatakan, selama ini wilayah Aceh mampu menjadi lumbung ternak yang memproduksi daging hingga melampaui target rata rata daerah di Indonesia.
"Tahun ini kami berhasil melahirkan 25.300 ekor sapi dengan pendapatan pentani kurang lebih mencapai 76 miliar. Selaib itu, kami juga memiliki sumber daya manusia yang cukup bisa diandalkan," katanya.
Ada 5 Kabupaten di Provinsi Aceh yang masuk hitungan produkai sapi paling banyak. Meski demikian, ada juga beberapa kabupaten yang belum mencapai target dalam upaya produksi daging. "Tapi relatif berhasil kok, rata-rata produksinya bagus," ujarnya.
Sementara itu, General Manager Ekspor Import PT. Primafood Indonesia Jessica menuturkan bahwa perusahaannya telah berhasil melakukan ekspor produk olahan ayam kebeberapa negara termasuk Jepang yang cukup membutuhkan proses panjang dan syarat yang sangat ketat.
"Selama ini kontrak ekspor produk olahan ayam ke Jepang sudah diperpanjang 2 tahun, selain itu kita juga sudah ekspor ke Papua Nugini dan Timor Leste Target kedepan 2019 bisa menembus pasar Timur Tengah, Singapur dan Brunei," pungkasnya.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepala BKP Kementan Pede Target Sergap 1,5 juta Ton Tercapai
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh