Kementan Genjot Produksi Bawang Merah, Ada Trik Menanam Saat Musim Hujan

Senin, 15 November 2021 – 16:59 WIB
Bawang merah merupakan salah satu dari 12 komoditas dasar pertanian yang harus dijaga. Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Bawang merah merupakan salah satu dari 12 komoditas dasar pertanian yang harus dijaga.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan menyampaikan komitmennya menggenjit produksi pangan khusus bawang merah.

BACA JUGA: Kementan Dorong Olahan Bawang Merah Terus Ditingkatkan

Kebutuhan nasional bawang merah sebanyak 0,97 juta-1,1 juta ton rogol kering panen per tahunnya.

Jenis bawang yang banyak diproduksi secara nasional yaitu Bima Brebes, Super Philips, Tajuk, B atu Ijo dan lain lain.

BACA JUGA: Pengakuan Pengusaha soal Potensi Ekspor Bawang Merah TSS, Mengejutkan

“Sentra bawang merah di Pulau Jawa antara lain Majalengka, Bandung, Garut, Cirebon, Tegal, Grobongan, Nganjuk, Probolinggo, Batu, Kediri, Malang serta wilayah sekitarnya,” sebut Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto.

Prihasto menginginkan arah kebijakan bawang merah mampu berdaya saing.

BACA JUGA: Kementan Ajak Petani Tanam Bawang Merah Biji TSS, Menguntungkan dan Berprospek Ekspor

Hal yang perlu dibenahi seperti peningkatan produksi dan produktifitas, akses pasar berikut logistik yang didukung dengan sistem pertanian modern ramah lingkungan.

“Mendukung hal tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura mengawal pengembangan bawang merah mulai dari pemberian bantuan benih, sarana produksi, pengendalian OPT hingga bantuan pascapanen,” ujarnya.

Menurut data ATAP BPS 2020, total produksi nasional bawang merah 1.815.445 ton dengan kebutuhan sebanyak 974.741 ton.

“Sementara itu, target produksi 2021 sebesar 1.622.396 ton untuk mencukupi produksi, pasokan dan harga stabil. Mendukung hal tersebut, turut dibentuk 224 kampung bawang dengan alokasi APBN 2021 seluas 3.181 hektare,” terang Koordinator Bawang Merah dan Sayur, Mutiara Sari.

Mutiara menjelaskan budidaya bwang merah pada musim hujan memiliki tantangan tersendiri.

Terhitung mulai dari tingkat serangan organisme pengganggu (OPT) yang tinggi, ancaman banjir, penggunaan pupuk dan pestisida yang tinggi, termasuk penanganan pascapanen yang lebih lama.

“Solusinya, gunakan rainshelter dan irigasi kabut guna efisiensi produksi bawang merah,” ujarnya.

Selain itu, penanganan pascapanen juga turut diperhatikan.

“Pada proses penjemuran, setelah dicabut, bawang merah diletakkan secara berjajar dengan posisi berdiri dan tertutup daun sampai kering total. Gunanya agar bawang merah tidak mengalami kerusakan saat disimpan,” ujar petani champion asal Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Akad.

Senada dengan Akad, Dosen Agroteknologi UNS Eddy Triharyanto mengatakan penanganan OPT harus diwaspadai sejak dini pada musim hujan.

Hama semacam antraksnosa yang disebabkan jamur pada tanaman bawang yang dapat dilihat dengan munculnya bercak putih pada bawang.

Untuk mengatasinya bisa dilakukan dengan cara aerasi dan draenasi.

“Selain pengendalian hama terpadu pada musim hujan, pengaturan aerasi dan drainasi sangat penting diperhatikan untuk pembuatan saluran draenasi di dalam, sehingga bedengan memiliki kondisi tanah tidak jenuh air (atus), ” terangnya.

Hal lain yang turut menjadi bahan perhatian adalah proses pelayuan. Pada masa ini, dijaga agar warna kulit bawang merah lebih merah dan mengkilap.

“Panen pada musim hujan juga perlu memperhatikan pengeringan, seperti membuat para–para untuk tempat ikatan bawang merah agar mudah digantung dan diberi plastik untuk melindungi dari tetesan air hujan,” pungkasnya. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler