Kementan Hasilkan Peningkatan NTP dan NTUP di Januari 2021

Senin, 01 Februari 2021 – 19:00 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL). Foto: dok/Kementan RI

jpnn.com, JAKARTA - Kinerja sektor pertanian di awal tahun 2021 menuai hasil menggembirakan.

Hal ini terlihat capaian peningkatan daya dan usaha petani yang mengalami kenaikan.

BACA JUGA: Kementan Terus Perangi Upaya Alih Fungsi Lahan

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai tukar petani (NTP) nasional Januari 2021 103,26 atau naik 0,01 persen dibanding NTP bulan sebelumnya.
Kenaikan NTP dikarenakan indeks harga yang diterima petani (It) naik 0,45 persen, lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) 0,44 persen.

Selain NTP, kenaikan juga terjadi pada nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) nasional Januari 2021 104,01 atau naik 0,01 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

BACA JUGA: NTP dan NTUP Terus Meningkat, Kementan Beri Apresiasi Buat Petani

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) terkait persoalan ini mengatakan peningkatan daya beli petani tersebut tentunya sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa fokus program Kementerian Pertanian (Kementan) harus pada perbaikan taraf hidup pada petani.

Program kegiatan difokuskan pada peningkatan produksi yang berbasis pertanian maju, mandiri dan modern dan diikuti kualitas pangan berdaya saing ekspor.

BACA JUGA: NTP dan NTUP Desember 2020 Meningkat Signifikan

"Fungsi Kementan adalah bagian-bagian energi bagi semua pihak untuk menjaga ketahanan pangan nasional dalam kondisi aman dan terkendali, terutama saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Ke depan target kami adalah meningkatkan kesejahteraan petani sebagai agenda yang paling utama," katanya di Jakarta, Senin (1/2).

Tidak hanya itu, Mentan SYL mengatakan program kerja utama Kementan 2021 menyasar pada peningkatan ketahanan pangan dan nilai tambah ekspor yakni . Yakni,
dengan meningkatkan produktivitas pertanian di mana daerah yang mengalami defisit akan diberi perhatian yang lebih yang solusif.

Langkah ini dinilai dapat memberikan peningkatan pada kesejahteraan petani.

“Tugas kami yang bergerak di sektor pertanian ini tidak kecil. Mau seperti apa pun kondisi pandemi saat ini, harus terus memastikan kebutuhan pangan 273 jiwa warga Indonesia," katanya.

Ia menambahkan sekarang ini Kementan harus bisa memaksimalkan potensi produk untuk ekspor.

"Lihat data kabupaten mana saja yang membutuhkan bantuan, kami harus bantu fasilitasi,” ujarnya.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri menambahkan kenaikan NTP dan NTUP merupakan hasil kerja keras para petani di seluruh Indonesia, serta adanya dukungan dari pemerintah daerah dan semua pelaku usaha sektor pertanian.

Sinergitas ini tentunya atas dorongan penuh dari Mentan SYL, sebab membangun pertanian adalah tugas negara sehingga harus melibatkan semua elemen.

“Ini adalah capaian yang membanggakan sekaligus modal awal untuk mengawali kinerja sektor pertanian. Capaian ini juga tak lepas dari kerja keras para petani sebagai ujung tombak pertanian Indonesia,” kata Kuntoro.

Lebih lanjut Kuntoro mengatakan hingga saat ini Kementan terus menjalankan berbagai program dan terus mengawal para petani di lapangan.

Upaya ini dilakukan dalam mengurangi kesenjangan antara harga di tingkat petani dan konsumen.

Upaya pemerintah dalam pengendalian harga di tingkat petani maupun tingkat konsumen ini berdampak pada peningkatan daya beli petani.

"Di satu sisi, petani untung karena produk yang mereka hasilkan dibeli dengan harga tinggi. Di sisi lain, mereka pun bisa membeli kebutuhan-kebutuhan pokok dengan harga terjangkau," ujar Kuntoro.

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mengatakan NTP sub sektor pertanian di antara hortikultura dan tanaman perkebunan rakyat.
Komoditas yang memengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani hortikultura sebelumnya adalah cabai rawit, cabai merah, tomat, kol, kubis, wortel, kentang, jeruk dan cabai hijau

“NTP tanaman hortikultura mengalami kenaikan satu persen karena indeks harga yang diterima petani lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani karena adanya kenaikan harga cabai rawit,” tutupnya.

Data BPS pun menyebutkan adanya kenaikan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar 3,03 persen yakni Rp 4.921 per kilogram dan di tingkat penggilingan 3,10 persen yakni Rp 5.026 per kilogram dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.

Namun, rata-rata harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani Rp 5.318 per kilogram atau turun 0,73 persen dan di tingkat penggilingan Rp 5.432 per kilogram atau turun 0,80 persen. (*/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler