Kementan Menyiapkan Provinsi Kaltara Penyangga Pangan Ibu Kota Baru

Kamis, 12 September 2019 – 17:17 WIB
Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menyiapkan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) sebagai daerah penyangga pangan Ibu Kota baru yang akan dibangun pada 2024 mendatang. Foto dok Kementan

jpnn.com, KALTARA - Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Andi Amran Sulaiman mulai saat ini tengah menyiapkan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) sebagai daerah penyangga pangan Ibu Kota baru yang akan dibangun pada 2024 mendatang.

Provinsi Kaltara sebagai penyangga pangan ini merupakan langkah strategis Kementan guna menyediakan pangan Ibu Kota baru secara berdaulat atau tanpa impor.

BACA JUGA: BPS: Nilai Impor Barang Industri Kaltara Melonjak Drastis

"Kementan menyiapkan kabupaten di Provinsi Kaltara menjadi penyangga pangan Ibu Kota Baru. Ada tiga kabupaten yang dipilih yakni Kabupaten Bulungan, Malinau dan Nunukan," demikian dikemukakan Inspektur Jenderal Kementan, Justan Riduan Siahaan yang mewakili Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat menghadiri penutupan Pekan Daerah (PEDA) II Petani-Nelayan Provinsi Kalimantan Utara di Kabupaten Bulungan, Kamis (12/9).

Justan menjelaskan konsep pembangunan daerah penyangga pangan Ibu Kota baru yaitu dengan sistem klaster. Karena itu, Kabupaten Bulungan akan dibangun menjadi sentra produksi padi, cabai dan bawang merah.

BACA JUGA: Strategi Kementan Tanggapi Rekomendasi KPK dan BPK soal Pupuk Subsidi

Daerah penyangga pangan yang kedua adalah Nunukan, menjadi sentra produksi padi, cabai dan bawang merah. Kemudian Kabupaten Malinau menjadi sentra produksi padi dan jagung.

"Kepala dinas harus aktif. Jangan sendiri-sendiri, tapi harus kerja bersama dengan semua pihak, termasuk pihak legislatif," ujarnya.

BACA JUGA: Memahami Tugas dan Fungsi Kementerian Pertanian

Justan menegaskan untuk kabupaten lain di Provinsi Kaltara yang tidak terpilih sebagai penyangga pangan Ibu Kota baru, bukan berarti kabupaten tersebut tidak diperlukan dalam mengembangkan produksi pertanian. Namun demikian, Kementan juga tetap membantu, sehingga bisa juga menyediakan pangan.

"Sebab, kecintaan Pak Menteri Amran kepada sektor pertanian dan petani itu sendiri sangat luar biasa. Jika kita lihat kemajuan pertanian, ada sesuatu yang diberikan Menteri Amran dibanding menteri sebelumnya. Beliau (Amran, red) rajin turun ke lapangan," tegasnya.

Justan menyatakan kinerja Kementan selama lima tahun pemerintahan Jokowi-JK sangat menggembirakan. Mengapa demikian? Karena meskipun anggaran Kementan 2014-2019 trennya turun 33,65 persen, sektor pertanian justru ekspor dan PDB pertanian meningkat.

Melansir data BPS, rata-rata kenaikan ekspor pertanian per tahun sebesar 2,4 juta ton dan tercatat sejak pemerintahan Jokowi-JK, ekspor naik 9 juta ton. Tahun 2013, total ekspor hanya 33 juta ton, namun di tahun 2018 mencatat nilai tertinggi yakni 42,5 juta ton.

"Nilai PDB Pertanian pun naik, yakni dari target PDB 3,5 persen, pertanian mampu menembus 3,7 persen," bebernya.

BPS pun mencatat, sambung Justan, kinerja Kementan mampu menurunkan inflasi bahan makanan yang sangat signifikan, dari 10,57 persen pada 2014 menjadi 1,69 persen pada 2018. Begitu pun penduduk miskin di pedesaan menurun dari 14,17 % pada 2014 menjadi 13,2 % pada 2018.

BKPM pun mencatat, investasi sektor pertanian meningkat tajam. Pada 2013 hanya Rp 29,3 triliun, namun di tahun 2018 naik menjadi Rp 61,6 triliun sehingga naik 110%.

"Oleh karena itu, kepada para petani, banggalah menjadi petani. Banggalah bisa memenuhi pangan Indonesia, bahkan pangan kita sudah banyak diekspor,"

"Terkait dengan dukungan sumberdaya manusia, selain dukungan petani, Kementan juga tetap menggandeng pihak TNI. Jadi mari kita bersinergi membangun pertanian di Privinsi Kaltara, sehingha nanti menjadi penyangga pangan Ibu Kota baru," sambung Justan.

Lebih lanjut Justan menekankan kinerja Kementan yang bagus ini diikuti juga dengan kinerja pengelolaan keuangan dari BPK dan mendapat penghargaan dari KPK. BPK memberi predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada Kementan tiga tahun berturut-turut (2016-2018) atas pemeriksaan penggunaan anggaran. Kementan pun mendapat penghargaan anti gratifikasi dua kali (2017 dan 2018) dari KPK.

“Ini artinya BPK menyatakan penggunaan anggaran Kementan. Kami pun tahu permasalahan di lapangan karena aktif tutun ke lapangan mengecek dan memberikan solusi langsung di lapangan," tandasnya.

Hadir pada penutupan PEDA II Petani-Nelayan ini, Asisten Daerah II Kaltara, Saiful Herman, Ketua DPRD Provinsi Kaltara, Nurhayati, Kepala Dinas Pertanian Kaltara, Andi Santiaji, Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, Direktur Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, Amirudin Pohan.

PEDA II Petani-Nelayan Provinsi Kaltara dihelat mulai tanggal 9 hingga 12 September 2019, dihadiri petani dan nelayan perwakilan dari seluruh kabupaten di Provinsi Kaltara.(jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler