jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk mencegah terpapar virus penyakit mulut dan kuku (PKM).
Ternyata hasil vaksinasi PMK itu efektif bisa meningkatkan kekebalan tubuh hewan ternak.
BACA JUGA: Awasi Program Pertanian dan Peternakan di Buton, Itjen Kementan Libatkan Polri Hingga TNI
Hal itu berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Kementerian Pertanian (Kementan).
Dirjen PKH Nasrullah mengatakan dari hasil monitoring yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Kementan, yaitu BBVet Wates dilaporkan bahwa berdasarkan hasil uji titer antibodi PMK dengan uji ELISA Tipe NSP/Non Struktur Protein, sapi-sapi yang terdeteksi seropositive tidak menunjukkan gejala klinis PMK.
BACA JUGA: Mantap, Mentan SYL Lepas Ekspor Produk Unggas ke Pasar Singapura
“Artinya vaksinasi mampu merangsang respon kekebalan tubuh ternak yang baik dan spesifik terhadap virus PMK serotipe O,” ungkap Nasrullah pada acara Apel Pagi di Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Senin (18/7).
Dia menjelaskan BBVet Wates pada 6-7 Juli 2022 melaksanakan evaluasi untuk mengetahui efektifitas vaksinasi dengan mengambil sample di Peternakan Sapi di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman DI. Yogyakarta.
BACA JUGA: Selamat, Kementan Raih Opini WTP 6 Tahun BerturutâTurut
Berdasarkan Screening antibody ELISA Tipe SP (Struktur Protein), sapi yang divaksinasi pada 18 hari post vaksinasi mampu merangsang respon kekebalan tubuh sebanyak 83,9%.
Kemudian pada 12 hari post vaksinasi menunjukkan vaksin PMK mampu merangsang respon kekebalan tubuh sebanyak 63,3%.
"Data ini masih preliminary dan monitoring setelah vaksinasi akan terus dilaksanakan untuk melihat keberhasilan vaksinasi," ungkap Nasrullah.
Nasrullah sampaikan, ada 5 (lima) hal yang harus diperhatikan dalam pengendalian PMK, di antaranya pertama mlakukan vaksinasi ternak sehat yang rentan terhadap PMK, menjaga sanitasi dan biosekuriti kandang, Mengatur dan membatasi lalu lintas ternak dan produk ternak.
Mengisolasi ternak sakit dan ternak baru serta melaksanakan stamping out (pemusnahan) ternak sakit di pulau yang masih bebas PMK.
Untuk pelaksanaan vaksinasi, Kementan mendistribusikan vaksin yang dilakukan secara bertahap dengan target populasi.
Pertama adalah ternak aset dan nilai ekonomi tinggi seperti sapi/kerbau perah dan sapi bibit, serta sapi yang berpotensi tinggi untuk dilalulintaskan di provinsi terdampak.
Nasrullah menyebutkan, total ketersediaan vaksin saat ini sebanyak 3 juta dosis (pengadaan tahap 1 sebanyak 800 ribu dosis dan tahap 2 sebanyak 2,2 juta dosis).
Distribusi vaksin ke provinsi dilakukan secara bertahap dan per 17 Juli 2022 terdistribusi sebanyak 1.443.500 dosis.
Dia mengtakan berdasarkan data laporan manual dari 22 provinsi terdampak bahwa ternak yang divaksinasi sejak 25 Juni 2022 sampai 17 Juli 2022 sebanyak 636.205 ekor atau 79,8% dari 798.400 dosis vaksin yang terdistribusi pada tahap 1.
“Saat ini vaksin masih terus didistribusikan dan kegiatan vaksinasi masih terus berjalan,” ungkap Nasrullah.
Selain itu, kata Nasrullah, pemerintah saat ini mengalokasikan tambahan vaksin sebanyak 28.841.638 dosis dan pengantian ternak/santunan sebanyak 15.000 ekor.
“Kami juga mengalokasikan tambahan untuk penyediaan obat-obatan dan vitamin sebanyak 2,5 juta dosis, serta penandaan untuk pendataan ternak sebanyak 14.825.819 unit,” imbuhnya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Apresiasi Kementan dalam Produksi Benih Unggul Padi
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian