Kementan Terapkan Teknologi UHDP untuk Memperkuat Kampung Hortikultura

Rabu, 09 Juni 2021 – 16:43 WIB
Ilustrasi: Buah Mangga. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian mengembangkan seribu kampung hortikultura sejak 2021.

Tujuannya, untuk menggenjot agar neraca ekspor pertanian meningkat dari tahun ke tahun, khususnya sub sektor hortikultura.

BACA JUGA: Kementan Dorong Indramayu Jadi Role Model Kampung Buah

Pengembangan tentunya harus dilakukan secara holistik dan terintegrasi dari hulu hingga hilir, dengan salah satu komoditas unggulan adalah mangga.

“Salah satu kampung buah yang dikembangkan adalah kampung mangga. Buah ini memiliki potensi pasar yang bagus, baik dalam negeri maupun ekspor," ujar Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto dalam pesan tertulis, Selasa (8/6).

BACA JUGA: Pagu Anggaran Kementan Berkurang, Begini Reaksi Andi Akmal PKS

Menurut Prihasto, data BPS menunjukkan pada 2019 produksi nasional mangga sekitar 2,8 juta ton, dengan luas panen sekitar 284 ribu hektare.

Disusul pada 2020 produksi naik 3,19 persen, meskipun luas panen menurun menjadi sekitar 264 ribu hektare.

BACA JUGA: Tingkatkan Produksi Pertanian, Kementan Perkuat Peran SDM di Perguruan Tinggi

Prihasto lebih lanjut mengatakan, neraca ekspor mangga meningkat didorong banyaknya sentra produksi dengan hasil panen yang melimpah.

Beragam varietas mangga seperti gedong gincu, arumanis, manalagi, garifta, golek dan lain-lain, menunjukkan produksi yang sangat bagus.

Di sisi lain, juga terdapat tantangan tersendiri, yaitu bagaimana meningkatkan daya saing mangga tersebut yang memiliki standar pasar ekspor.

Salah satu upaya meningkatkan produktivitas buah dan kualitas buah terutama mangga misalnya, bisa mengaplikasikan teknologi Ultra High Density Plantation (UHDP).

UHDP secara harfiah diartikan sebagai penanaman dengan sistem jarak tanam rapat.

Menurut Direktur Buah dan Florikultura Liferdi Lukman, teknologi UHDP akan dikembangkan pada masing masing kampung buah mulai 2021.

"Dari segi pemeliharaan juga dilakukan secara lebih efektif dan efisien. Teknologi ini nanti akan kami kembangkan di masing masing kampung buah mulai tahun 2021. Insyaallah akan menjadi salah satu terobosan teknologi yang memberikan dampak positif bagi petani mangga,” ucapnya.

Liferdi menuturkan, keuntungan dari teknologi ini, produktivitas per hektare jauh lebih besar hingga tiga kali lipat dibandingkan penanaman dengan metode konvensional.

Penerapannya bisa meminimalisir kebutuhan air jauh dari kebutuhan pada umumnya.

Sementara itu, pakar Pusat Kajian Hortikultura Tropika Endang Gunawan mengatakan, UHDP sebenarnya sudah diterapkan petani di Eropa sejak 1960 lalu.

"Jadi, petani yang biasa menanam dengan jarak konvensional 10x10 m, bisa dirapatkan hingga 2x3 m."

"Dengan tehnik ini, luasan satu hektare bisa menghasilkan 1500 pohon. Ini sangat strategis untuk pengembangan mangga dengan keterbatasan lahan yang tersedia,” kata Endang.

Endang menyebut, teknologi UHDP terdiri dari empat unsur yang perlu dipenuhi.

Di antaranya, pemilihan varietas yang bisa ditanam di lahan yang rapat, terpenuhinya kebutuhan air, pemupukan yang menggunakan sistem fertigasi serta pemangkasan yang teratur.

“Jika dimanfaat dengan baik, mampu mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Luasan satu hektare lahan bisa dikerjakan cukup satu orang saja,” jelas Endang.

Fertigasi adalah proses di mana pupuk dilarutkan, diencerkan dan didistribusikan bersama dengan air melalui sistem irigasi mikro.

Metode ini mampu menghemat kebutuhan air hingga 50 persen.

Sistem ini memungkinkan pemberian pupuk dalam jumlah yang benar tanpa mengurangi unsur hara tanaman.

“Pemangkasan juga penting dilakukan. Artinya petani harus rajin melakukan pemangkasan agar tanaman mendapatkan sinar matahari yang cukup."

"Pemangkasan yang teratur menjadikan tanaman rindang dan terus berproduksi,” katanya.

Endang juga menjelaskan, UHDP bisa diterapkan hampir ke semua jenis tanaman buah semusim, seperti mangga, jeruk, lengkeng atau jambu.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Kelompok Tani Agrimania, Haji Urip mengatakan telah menerapkan teknik UHDP pada tanaman mangga miliknya sejak 2017.

“Seluruh mangga varietas agrimania milik kami, dibudidayakan dengan teknik UHDP. Kami menerapkan UHDP sejak empat tahun silam. Hasilnya sangat memuaskan,” jelas pemilik Agroeduwisata Situbolang, Cikedung – Indramayu.

Urip menjelaskan, dengan jarak tanam rapat sampai 5 x 5 meter saja, populasi bisa bertambah dua kali lipat.

Memang untuk produksi per pohonnya sedikit mengalami penurunan, namun secara hitungan tiap hektare mengalami peningkatan sampai 50 persen.

Sedangkan biaya pemeliharaan hanya naik tidak lebih dari 25 persen. Ilustrasinya masih sangat menguntungkan.

Dirinya meyakini teknologi ini menjadi terobosan baru dalam dunia pengembangan mangga di Indonesia.(*/JPNN)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler