Kementerian ESDM Dorong Perusahaan Ini jadi Pionir Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik

Kamis, 30 November 2023 – 00:20 WIB
Kunjungan Kementerian ESDM dalam rangka monitoring pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) CNI Group di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), Selasa (28/11). Foto: source for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) menjadi pionir ekosistem kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) Battery.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM, Yose Rizal, saat melakukan monitoring pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) CNI Group di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), Selasa (28/11).

BACA JUGA: Pakar Optimistis Indonesia Mampu Menciptakan Merek Kendaraan Listrik Lokal

"Semoga PT CNI menjadi pionir Electric Vehicle Battery di Indonesia," kata Yose Rizal. 

Dia menyebutkan sebagai Obyek Vital Nasional (OVN) dan Proyek Strategi Nasional (PSN), PT CNI adalah salah satu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang mendapat perhatian besar dari Kementerian ESDM. 

BACA JUGA: Bamsoet Dorong Perusahaan Kendaraan Listrik Ini Bangun Pabrik di Indonesia

Apalagi, hilirisasi yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) banyak melibatkan pengusaha dalam negeri sebagai tuan rumah di negeri sendiri.

Oleh karena itu, Yose Rizal berharap PT CNI senantiasa berkomunikasi dengan pihaknya, khususnya jika terjadi kendala berkaitan dengan perizinan dan pihak ESDM akan segera menyelesaikannya.

BACA JUGA: Erick Thohir Ajak Australia Dalam Memajukan Industri Kendaraan Listrik

"Komunikasikan jika ada kendalanya berkaitan perizinan. Kalau dokumennya sudah benar dan lengkap sesuai persyaratan aturan perundang-undangan, dalam satu dua hari segera kami selesaikan," lanjutnya.

Sementara itu, President Director PT CNI, Abdul Haris Tatang menyampaikan apresiasi kepada Kementerian ESDM karena peduli dengan pihaknya sekaligus menetapkan sebagai OVN dan PSN.

"Saat ini, fasilitas smelter PT CNI, semua mesin dan material dari China sudah tiba di Wolo, dan sebagian besar telah terpasang dan selanjutnya yang tinggal beberapa persen akan dilakukan pemasangan berkelanjutan," jelasnya.

Dia menjelaskan smelter PT CNI menggunakan 2 teknologi utama, yakni Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan kapasitas 4×72 MVA, terdiri dari 4 Iajur produksi untuk mengolah bijih Nikel Saprolite yang ditargetkan rampung 2024 dan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mengolah bijih Nikel Limonite (Bijih Nikel kadar lebih rendah) untuk menghasil baterai kendaraan listrik yang ditargetkan rampung 2026.

"Pengolahan HPAL akan memiliki kapasitas produksi sebesar 293,200 ton dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang di dalamnya terkandung 120.000 ton Logam nikel dan lebih dari 11.500 ton cobalt," ujar Tatang.

Dia menjelaskan total kapasitas produksi dari smelter nikel RKEF ini nantinya bisa menghasilkan sekitar 252.000 ton Ferronikel (FeNi) dengan kandungan 22 persen Nikel atau sekitar 55.600 ton Nikel di dalamnya.

Produk FeNi itu akan diproses lebih lanjut dan dikonversi menjadi Ni Matte dengan kandungan 74 persen Nikel dan digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan baterai kendaraan listrik.

“Persiapan Pabrik Ni Matte telah memasuki Procurement equipments dan pembangunannya akan dilaksanakan pada kwartal pertama tahun 2024," ungkap Tatang.

Lebih lanjut, Tatang menegaskan bahwa seluruh aktifitas pembangunan industri maupun penambangan PT Ceria dan fasilitas penujungnya menerapkan prinsip dan kaidah Environment, Social and Governance (ESG). (mcr8/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Desten Melahirkan Terobosan Baru Baterai Kendaraan Listrik, Wow!


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler