Kenaikan Cukai Rokok Belum Tentu Efektif Genjot Penerimaan Negara

Pengamat Sarankan Pemerintah Gali Potensi Cukai di Luar Rokok

Rabu, 05 Agustus 2015 – 06:36 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Pengamat ekonomi Enny Sri Hartati menyarankan pemerintah benar-benar cermat dalam membuat kebijakan tentang cukai rokok. Peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) itu mengatakan, jangan sampai kenaikan cukai justru memicu maraknya rokok ilegal hingga mematikan industri resmi yang menyerap banyak tenaga kerja.

Enny mengatakan, menaikkan cukai tanpa memertimbangkan variabel lain justru bisa menurunkan pemasukan negara. Sebab, jangan sampai kebijakan menaikkan tarif cukai rokok yang harusnya untuk menggenjot pemasukan negara justru kontraproduktif.

BACA JUGA: Waduh, Kunjungan Wisman Turun 4,27 Persen

“Ketika menaikkan cukai tak disertai infrastruktur jelas, hanya menaikkan tarifnya, tak mempertimbangkan variabel lain, yang terjadi adalah pendapatan cukai negara turun. Padahal konsumsi rokok itu sifatnya elastis, artinya orang rela tak makan asal bisa merokok. Artinya, kebijakan pemerintah (menaikkan cukai, red) justru mendorong rokok ilegal, kemudian produsen mati,” katanya usai diskusi di DPR RI, Selasa (4/8).

Enny mengingatkan bahwa industri hasil tembakau menyumbang 95 persen pendapatan negara dari cukai. Menurutnya, kondisi itu sebenarnya cukup miris karena Indonesia merupakan negara besar dengan banyak potensi pendapatan yang bisa digali dari penerapan cukai pada komoditas selain rokok.

BACA JUGA: OJK Pastikan BPJS Kesehatan Bisa Disesuaikan Syariah

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati

BACA JUGA: Dwelling Time Itu...TST

“Tak masuk akal sebenarnya. Masa satu negara besar, cukainya tergantung dari perokok? Bagaimana sumber lain? Ini yang harus dibuka,” katanya.

Ia mengakui bahwa isu rokok selalu berkaitan dengan kesehatan. Kenaikan cukai pun ditujukan untuk mengendalikan produksi dan konsumsi rokok. Sebab, ketika harga rokok rendah maka target mengendalikan produksi dan konsumsinya pun tak tercapai.

Namun Enny juga mengharapkan adanya solusi bagi semua pihak dalam masalah rokok. “Saya harap ke depan ada kebijakan yang win-win solution. Target perlindungan konsumsi rokok tercapai, penerimaan naik, dan kesempatan kerja terjaga,” katanya.

Untuk itu ua juga mendorong agar pemerintah menerapkan cukai pada komoditas lain. Misalnya, ke barang-barang mewah seperti otomotif dan perhiasan. “Ini bagus untuk redistribusi pendapatan,” cetusnya.

Potensi pemasukan lainnya dari cukai adalah minuman bersoda dan beralkohol. Menurutnya, isu kesehatan pun sangat terkait dengan minuman bersoda dan beralkohol.

“Minuman beralkohol dan minuman bersoda ini kan jenis minuman yang buruk bagi kesehatan juga. Cukai itu perlindungan. Jadi sama seperti rokok, minuman alkohol dan bersoda itu bisa mengganggu kesehatan. Semua itu bisa menjadi objek ekstensifikasi cukai,” cetusnya.(ara/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aje Gile...Bayar Parkir Kapal Seharga Avanza


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler