Kenaikan Suku Bunga The Masih Akan Berlanjut, Indonesia Wajib Bersiap!

Jumat, 03 Juni 2022 – 14:18 WIB
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengumumkan The Federal Reserve mengumumkan kenaikan suku bunga. Ilustrasi: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Kenaikan suku bunga  The Federal Reserve (The Fed) direspons negatif oleh pasar keuangan global.

Pasalnya, inflasi global sampai saat ini masih belum bisa dikendalikan akibat dampak perang Rusia-Ukraina dan terhambatnya rantai pasokan dari Cina terkait isolasi Covid-19.

BACA JUGA: Ada Sinyal Agresif dari The Fed, Rupiah Hari Ini Ambyar

Direktur Eksekutif Jubilee USA Network, Eric LeCompte mengakui dampak kenaikan suku bunga The Fed sebesar 0,5 persen juga dirasakan di negara-negara di luar Amerika. 

Menurutnya, kebijakan The Fed memukul para pemilik toko di Sri Lanka, petani di Mozambik dan keluarga-keluarga di negara-negara miskin di seluruh dunia. 

BACA JUGA: The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan Tertinggi dalam 22 Tahun, Indonesia Wajib Waspada!

"Dampak di luar negeri berkisar biaya pinjaman yang lebih tinggi sampai pada nilai mata uang yang menurun (depresiasi)," ucap Eric dalam keterangan di Jakarta, Jumat (3/6).

Erick membeberkan kenaikan suku bunga juga berdampak pada perekonomian Indonesia.

BACA JUGA: The Fed Ketok Suku Bunga Acuan Naik 25 bps, Indonesia Wajib Waspada!

Kenaikan suku bunga The Fed, dipastikan akan mempengaruhi kebijakan Bank Indonesia (BI).

BI dinilai akan mengikuti kenaikan ini dengan menaikkan suku bunga acuannya. 

Hal ini akan memicu terjadinya tekanan ekonomi di Indonesia karena konsumen belum siap menghadapi kenaikan suku bunga. 

Kenaikan suku bunga The Fed akan meningkatkan beban masyarakat Indonesia.

"Bunga KPR, bunga kredit kendaraan bermotor, hingga bunga pinjaman modal usaha akan mengalami kenaikan," beber Eric.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan kebijakan suku bunga The Fed akan mendorong larinya aliran modal dari negara berkembang termasuk Indonesia ke AS.

"Hal yang memungkinkan terjadinya adalah capital outflow di mana rupiah akan semakin melemah," ucap Tauhif.

Dia menekankan jika rupiah melemah, maka beban utang pemerintah akan meningkat, sebab banyaknya utang pemerintah dalam bentuk mata uang asing. 

CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan kenaikan suku bunga bakal memicu pelemahan rupiah.

"Pemerintah dan Bank Indonesia harus bersiap diri," ucapnya.

Kemudian, dari sisi APBN, pelemahan rupiah dapat membebani pembayaran utang dan obligasi dalam USD.

"Sedangkan dari sisi moneter BI harus dapat menjaga volatilitas dan arus modal asing sehingga pelemahan rupiah dapat tertahan pada level yang masih tergolong aman," ucap Gani.

Kendati demikian, kekuatan nilai tukar tidak hanya dapat ditentukan oleh faktor global, tetapi fundamental ekonomi suatu negara. 

“Pemulihan ekonomi dan kuatnya fundamental Indonesia akan tetap menjadi penopang pasar saham dan obligasi Indonesia ke depannya”, tegas Johanna.

The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5 persen. Selain itu, The Fed juga menargetkan suku bunga dana federal berada di kisaran 0,75 persen hingga satu persen. 

Kebijakan tersebut ditempuh untuk menetralisir kondisi inflasi AS, dimana pada Maret 2022 kenaikan year on year (yoy) inflasi AS telah mencapai 8,4 persen atau rekor tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Sebagai upaya lanjutan, selain kenaikan suku bunga, The Fed juga berencana menyusutkan neraca gemuk mereka yang sudah menyentuh USD 9 triliun mulai 1 Juni 2022 mendatang.(mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler