jpnn.com - JAKARTA - Peringatan delapan tahun atau sewindu meninggalnya cendekiawan muslim Indonesia Nurcholis Madjid tadi malam dihadiri berbagai kalangan. Tidak ada sama sekali nuansa duka. Keluarga pun mengajak semua yang hadir untuk menilai apakah pemikiran-pemikiran pria yang dulu populer dengan sebutan Cak Nur itu masih relevan diperbincangkan.
Sewindu haul untuk Cak Nur, Kamis (29/8) dilaksanakan di ruang serbaguna gedung PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) di Jakarta. Istri Cak Nur, Omi Komaria Madjid, bersama putri pertama Cak Nur, Nadia Madjid, hadir dalam haul tersebut. Selain itu, hadir sejumlah tokoh, seperti Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifudin, cendekiawan Islam Yudi Latif, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, dan politikus Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla.
Nadia dalam sambutannya mewakili keluarga merasa tersanjung dengan kehadiran ratusan tamu. Menurut Nadia, masing-masing tamu memiliki kenangan dan kesan saat mereka bertemu Cak Nur. "Apa pun kenangan indah yang dimiliki dengan Cak Nur, terima kasih atas semua cerita-cerita," ujar Nadia.
Menurut Nadia, salah satu ajaran utama Cak Nur adalah toleransi dan tanggung jawab diri. Di mata keluarga, sosok Cak Nur bukan hanya seperti public figure yang dikenal publik. Lebih dari itu, Cak Nur di dalam keluarga juga merupakan sosok yang humoris. "Cak Nur adalah seorang ayah, seorang suami yang sedikit konyol. Sering mengejar-ngejar istrinya, bahkan manja kepada anak," ujar Nadia.
Cak Nur, menurut Nadia, juga memiliki perhatian dan toleransi terhadap lingkungan sekitar. Nadia bercerita, pernah tetangga rumahnya ketika itu memiliki peliharaan anjing. Cak Nur mengajarkan kepada Nadia untuk tidak menjauhi, namun memintanya untuk mendekati anjing itu. "Cak Nur mengajarkan saya untuk mengenal anjing. Karena menurut dia, anjing itu menggonggong karena takut. Biarkan dia mengenal baumu," ujarnya.
Nadia menambahkan, Cak Nur mengajarkan bahwa seseorang tidak harus menjadi figur terkenal untuk melakukan perubahan. Sebab, perubahan bisa dimulai dari hal-hal kecil. "Satu perubahan itu bisa membawa kepada inspirasi-inspirasi lainnya," katanya.
Nadia meminta haul sewindu Cak Nur menjadi perayaan, bukan momen berduka. Apa yang diajarkan Cak Nur di masa lalu menjadi tantangan apakah masih relevan diperbincangkan saat ini. "Apakah ajaran Cak Nur ini akan survive. Tinggal inisiatif kita masing-masing untuk mempertahankan jiwa spirit," tandasnya. (bay/c6/fat)
BACA JUGA: PKB Sudah Prediksi Mahfud Tolak Konvensi PD
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Tenggat Audit Hambalang Selesai Pekan Depan
Redaktur : Tim Redaksi