jpnn.com, JAKARTA - SAYA tidak akan maju sebagai calon anggota DPR maupun DPD atau jabatan elected official lainnya yang dipilih rakyat pada periode yang akan datang. Keputusan itu (saya ambil, Red) karena saya ingin fokus dulu sebagai pribadi. Saya ingin menyelesaikan apa yang saya hadapi.
Saya tentu memikirkan semuanya secara mendalam. Tapi, ini memang bukan saat yang baik untuk meninggalkan PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Sebab, PKS, di mata saya, dalam persoalan yang sulit diselesaikan.
BACA JUGA: Politikus PKS Mempersoalkan Soliditas Pendukung Jokowi
Saya ingin menegaskan bahwa saya masuk partai itu tidak sekadar lompat-lompat mencari jabatan. Meskipun kalau saya mau, itu gampang saya lakukan.
Saya membangun reputasi, integritas, yang tidak mudah. Karena harus melalui hari-hari yang sulit juga, bergaul dengan teman-teman, menegakkan harkat dan wibawa serta harga diri. Itulah yang membuat ada penghormatan dari masyarakat dan teman parpol (partai politik).
BACA JUGA: Kalah di Pilkada, Golkar Daftarkan Gubernur Riau Jadi Caleg
Langkah saya ke depan, setelah tidak maju, tentu seperti biasa: kembali kepada masyarakat dan kembali pada profesi semula. Sebagai businessman-kah, pendidikkah, intelektual publikkah, apa pun. Dan saya akan terus concern membangun masyarakat politik kita. Baru kemudian saya lihat ruang-ruang untuk perbaikan harus dibuka.
BACA JUGA: Daftarkan 26 Ribu Bacaleg, Hanura Usung Banyak Wajah Muda
Mungkin ada orang yang kecewa dengan pilihan saya dan saya minta maaf untuk itu. Situasi saat ini membuat saya pada posisi, kalau harus memilih, belum bisa memilih dulu untuk menjadi pejabat publik. Insya Allah, saat waktunya tepat nanti, saya akan kembali.
Saya ini kan dipecat sepihak oleh segelintir pimpinan PKS. Saya sudah menghadapinya melalui hukum negara. Saya sudah menyelesaikannya di tingkat pengadilan negeri (PN), pengadilan tinggi (PT), itu stepnya. Itu mereka minta islah terus.
Saya akan menyelesaikan itu dulu dengan PKS. Kalau tidak, pasti PKS tak akan lolos threshold. Bagi saya, PKS itu dalam titik nadir keadaannya sekarang ini.
Dulu, saat kena kasus LHI (Luthfi Hasan Ishaaq, Red), kami masih bisa memenangi (pemilihan gubernur) Jawa Barat, Maluku Utara, dan Sumatera Utara. Padahal, kami tengah dalam keadaan sulit saat itu.
Tapi, di pilkada yang baru lalu, hilang semua. Hanya menang di Sumatera Utara. Padahal, keadaan lagi tidak ada masalah. Tidak ada kasus hukum. (*/Seperti disarikan wartawan Jawa Pos Tri Mujoko Bayuaji)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Alasan PDIP Menerima Pendiri PKS Sebagai Caleg
Redaktur : Tim Redaksi