Politikus PKS Mempersoalkan Soliditas Pendukung Jokowi

Rabu, 18 Juli 2018 – 02:25 WIB
Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS DPR RI Refrizal. FOTO: Dok. FPKS

jpnn.com, JAKARTA - Pembahasan koalisi untuk mengusung calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) di sejumlah partai politik masih alot. Salah satunya Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Anggota Majelis Syura PKS Refrizal mengatakan, partainya sudah menjalin komunikasi dengan parpol yang lain seperti Partai Amanat Nasional dan Partai Demokrat.

BACA JUGA: Jokowi Terlalu Kuat, Berpotensi jadi Calon Tunggal

“Kalau yang lain belum pasti juga. Karena kalau belum daftar berarti belum pasti, baru pernyataan-pernyataan saja," kata Refrizal di gedung DPR, Jakarta, Selasa (17/7).

Menurut Refrizal, koalisi partai nanti akan ketahuan setelah melakukan pendaftaran resmi ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Yang mendukung Jokowi apa betul-betul solid mendukung Jokowi, kami tidak tahu juga," katanya.

BACA JUGA: Samijo Garansi Jokowi Menang Pilpres 2019 di Banten

Menurut dia, koalisi juga masih menanti putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait gugatan uji materi pasal yang mengatur ambang batas pencalonan presiden alias presidential threshold (PT) 20 persen.

Di tengah kondisi sekarang dengan PT 20 persen, PKS minimal ingin kadernya menjadi cawapres. "Kalau PT dihilangkan, lebih baik PKS mencalonkan sendiri," katanya.

BACA JUGA: Bicara Harga Telur Ayam, Prabowo Singgung Wajah Wartawan

Setelah itu di putaran kedua baru bergabung dengan partai lain untuk saling mendukung.

Menurut Refrizal, persaingan di pilpres itu bukan dengan negara lain. Tapi, sesama anak bangsa Indonesia.

Lebih lanjut, Refrizal mengatakan persaingan itu bukan karena PKS membenci Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, dia menegaskan PKS pengin presiden yang lebih baik lagi dari Jokowi untuk memperbaiki keadaan termasuk ekonomi.

Dia mencontohkan, lihat saja nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Dulu, asumsi makro Rp 13400 per dolar AS. Sekarang sudah selisih Rp 1000 atau menjadi Rp 14.400 per dolar AS. "Kalau bayar utang dengan dolar sudah berapa selisihnya. Ini yang tidak bisa dikendalikan Jokowi. Impor juga semakin naik," katanya.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Jerat Irwandi, Eks Kombatan GAM Beri Warning ke Jokowi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Pilpres 2019   PKS   Refrizal   Jokowi  

Terpopuler