Kendalikan Karhutla di Riau, KLHK Pakai Teknologi Modifikasi Cuaca

Selasa, 05 Maret 2019 – 05:00 WIB
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) KLHK, Raffles B. Panjaitan. Foto: Humas KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah terus berupaya melakukan pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang masih terjadi di wilayah Provinsi Riau.

Barigade Pengendalian Karhutla KLHK, Manggala Agni bersama para pihak yang tergabung dalam Satuan Tugas Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Karhutla terus melakukan pemadaman darat dan udara, untuk menuntaskan karhutla sampai benar-benar padam.

BACA JUGA: Menteri LHK Pimpin Aksi Bersih Sampah di 74 Kawasan Konservasi

Setelah kejadian kebakaran yang terjadi di Kepulauan Meranti dan Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, dan juga di Dumai beberapa waktu yang lalu, Satuan Tugas Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Karhutla segera melakukan upaya pencegahan, terhadap wilayah-wilayah yang berpotensi terjadi karhutla di Provinsi Riau.

Mendukung hal tersebut, KLHK bekerjasama dengan BPPT dalam pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), guna meminimalisir dampak bencana karhutla di Provinsi Riau. 

BACA JUGA: Menteri Siti Kelilingi Mangrove Angke, Jaring Sampah Plastik

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) KLHK, Raffles B. Panjaitan, menyampaikan bahwa, dalam penanganan karhutla, dukungan para pihak sangat membantu.

"KLHK bersama TNI, Polri, masyarakat, dan pihak swasta telah berupaya melakukan pemadaman di lapangan. Namun cuaca yang cukup panas menjadi salah satu pemicu karhutla masih terjadi," tuturnya saat menghadiri peluncuran kegiatan ini di Lanud Roesmin Noerjadin, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

BACA JUGA: Lihat Nih Data Penurunan Jumlah Karhutla dari Catatan Satelit per Tahun

Diterangkannya, sebagai upaya pemadaman areal terbakar dan mencegah timbulnya karhutla baru, BPPT melakukan TMC, yang bertujuan untuk membuat hujan buatan sehingga wilayah-wilayah yang sulit dijangkau melalui darat, bisa dilakukan pemadamandan atau pembasahan lahan, melalui hujan buatan.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan, Indonesia akan mengalami El Nino lemah yang dimulai pada Bulan Juni 2019.

"El Nino yang terjadi ini memang tergolong lemah, namun kejadian ini berlangsung cukup lama sampai dengan September 2019 jadi kita harus bersiap untuk menghadapinya," ujarnya.

Menurutnya, pelaksanaan TMC yang dimulai pada bulan Maret sampai bulan Mei, adalah waktu yang tepat untuk pembasahan lahan gambut, serta banyaknya jumlah awan yang bisa disemai.

Selain Kepala BPPT, turut hadir dalam kegiatan ini, Kepala BNPB, Gubernur Riau, Asisten Operasi Mabes Polri, Asisten Operasi Mabes TNI, Rektor Universitas Riau, dan Deputi I BRG.

Sementara itu, perbandingan total Jumlah hotspot tahun 2018 dan 2019 (tanggal 1 Januari – 4 Maret 2019) berdasarkan satelit NOAA terdapat 160 titik.

Pada periode yang sama tahun 2018 jumlah hotspot sebanyak 276 titik, berarti terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 110 titik atau 42,02%. 

Sedangkan berdasarkan Satelit Terra/Aqua (NASA) Conf. Level ?80% terdapat 432 titik, pada periode yang sama tahun 2018 jumlah hotspot sebanyak 355 titik, berarti terdapat kenaikan jumlah hotspot sebanyak 77 titik atau 21,69%. Sejak tanggal 1 Januari - 4 Maret 2019, kejadian karhutla diperkirakan seluas 1.890,31 ha. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KLHK Tetapkan Tujuh Hutan Adat Baru


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler