jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkarya Jakarta Prof. Dr. Franz Magnis Suseno mengatakan Pancasila sebagai nilai, cita-cita dan etika harus menjadi pedoman dalam berbagai aktivitas warga bangsa dan negara Indonesia.
“Pancasila mengajarkan kita untuk hormat terhadap kebebasan beragama dengan harapan kita harus menolak ideologi-ideologi yang menyangkal nilai bangsa, harus kebal terhadap hasutan-hasutan populistik,” ucap Profesor Franz Magnis Suseno saat berbicara di hadapan peserta Pendidikan Kader Kebangsaan Angkatan I yang digelar Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (PP ISKA) bertempat di Universitas Katolik Indonesia Atmajaya Jakarta, Minggu (30/7/2023).
BACA JUGA: Purna Paskibraka Nasional 2023 Bakal Dipilih Jadi Duta Pancasila
Pembicara lain dalam kegiatan bertema "Merdeka Dalam Keberagaman” itu adalah MM Restu Hapsari (Presidium Dialog Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan PP ISKA), Dr. A. Setyo Wibowo (Dosen STF Driyarkara), dan Moh. Aan Anshori (Koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi) serta Yogen Sogen sebagai moderator.
Menurut Franz Magnis, hidup dan aktivitas dalam lingkungan yang majemuk dengan sejuta keberagaman bukan sesuatu hal yang baru dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, belakangan ini Indonesia kerap mengalami krisis toleransi.
BACA JUGA: Perkuat Kerukunan Masyarakat, PAN Dorong Penerapan Pancasila dalam Beraktivitas di Ruang Digital
Franz Magnis menerangkan tantangan hari ini dan masa depan adalah radikalisme dan polarisasi yang masif di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
Presidium Dialog Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan PP ISKA Restu Hapsari mengatakan sebagai warga negara yang baik, kita harus mematuhi UUD 1945 sebagai hukum tertinggi dalam berbangsa dan bernegara.
BACA JUGA: Sah, Jim Lomen Sihombing Resmikan Pendirian Jakarta Barometer
“Konstitusi bukan hanya dilihat dari sisi yuridisnya saja melainkan perlu dilihat dalam arti politis dan sosiologis sehingga dapat mencapai keadilan, ketertiban serta kesejahteraan masyarakat umum,” kata Restu Hapsari.
Sementara itu, Moh. Aan Anshori selaku Koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi menyampaikan keberagaman yang ada adalah kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia yang menjadi kekuatan untuk bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional menuju Indonesia yang lebih baik lagi.
“Untuk memperkuat keberagaman kita harus saling menjaga dalam bingkai kebinekaan," imbuhnya.
Dr. A. Setyo Wibowo mengharapkan perlu adanya sifat toleran dan juga tenggang rasa terhadap perbedaan dalam kemajemukan di masyarakat.
“Perbedaan ini menjadi keunikan kita yang perlu dipelihara, dipertahankan keseimbangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” pungkas Setyo Wibowo.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari