jpnn.com - JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Gatot Abdullah Mansyur, melepas 53 TKI sektor formal asal Medan, Sumatera Utara, yang akan bekerja sebagai operator pabrik di Malaysia.
Dalam pesan elektronik yang diterima JPNN, Rabu (25/6) acara pelepasan dilaksanakan di Kantor Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Medan, di Jalan Mustafa Nomor 15/121 Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara.
BACA JUGA: Hotspot Riau 366 Titik, Singapura Diminta Waspada
Ke-53 TKI formal asal Medan itu semuanya perempuan. Mereka diberangkatkan ke Malaysia melalui empat perusahaan jasa Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS), yaitu PT Mitra Karya Sarana Nusa sebanyak 36 orang, PT Sere Multi Pertiwi 5 orang, PT Satria Parang Tritis 5 orang, dan PT Sriti Rukma Lestari 7 orang.
Kepala BNP2TKI Gatot Abdullah Mansyur, mengaku bangga dengan adanya penempatan TKI formal asal Medan, Sumatera Utara, yang akan bekerja ke Malaysia ini.
BACA JUGA: Kemenpera Resmikan 98 MCK di Banyuwangi dan Situbondo
"Penempatan TKI formal ini merupakan cita-cita Pemerintah Indonesia. Pada suatu saat kita akan menempatkan 100 persen TKI formal, dan sekarang 100 persen penempatan TKI formal dimulai dari Medan, Sumatera Utara," katanya.
Kepada 53 TKI formal itu Gatot berpesan, bahwa satu tahapan untuk menjalani pekerjaan di luar negeri sudah berhasil dijalani.
"Ingat, 53 TKI yang akan bekerja sebagai operator pabrik di Malaysia ini sejatinya bukan semata pekerja. Kalian juga merupakan 'duta bangsa.' Jagalah budaya dan citra baik bangsa Indonesia yang dikenal santun dan ramah," katanya.
BACA JUGA: Gubernur Ajak Wartawan Berantem
Gatot kemudian menceritakan mengenai kelebihan yang dimiliki TKI dibanding tenaga kerja negara lain yang bekerja di beberapa negara di dunia. Di Korea, Hong Kong dan Jepang, misalnya, TKI katanya dikenal rajin, ulet, ramah, santun, dan disiplin dalam bekerja.
"Jasa kerja TKI kita yang dikenal bersih, rajin, ulet, jujur, sopan-santun, ramah serta disiplin itu banyak disukai para pengguna jasa (users) di Korea, Jepang, Hong Kong, dan negara-negara lain. Kelebihan cara kerja dari TKi inilah yang patut kalian pertahankan," ujarnya.
Gatot juga mengingatkan, meski sudah bekerja di luar negeri jangan sampai lupa belajar. TKI itu merupakan suatu pekerjaan mulia. Lebih mulia lagi, bila ditingkatkan dengan belajar. Belajar di era sekarang bisa dilakukan dengan jarak jauh, dengan sistem online seperti dipraktikkan pada Universitas Terbuka (UT).
Belajar bisa dilakukan di sela-sela istirahat atau libur kerja. Banyak contoh TKI yang sukses bekerja sambil belajar di UT hingga meraih gelar sarjana, seperti dilakukan TKI di Hong Kong, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan beberapa negara lain.
Kepala BNP2TKI lalu memberi contoh sukses yang diraih Nuryati Solapari, mantan TKI Arab Saudi yang bergelar S-2 dan sedang menempuh S-3. Dia saat ini tidak saja meraih sarjana di bidang hukum, tetapi juga menjadi dosen hukum di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten.
"Bahkan dia berobsesi ingin meraih Profesor. Jadi, meskipun TKI juga bisa belajar sampai tingkat pendidikan tinggi," kata Gatot memberi semangat.
Gatot menambahkan, TKI jangan sampai terjebak bujuk rayu dengan orang tidak kenal yang ujung-ujungnya dapat menjerumuskan TKI pada sindikat Narkoba. Karena banyak contoh kasus TKI yang menjadi korban dijadikan kurir narkoba. Ia mengingatkan bahwa banyak negara di dunia saat ini menerapkan sanksi hukuman berat bagi sindikat narkoba. Seperti China, Malaysia, Singapura, dan banyak negara lain.
Menurutnya, saat ini ada 350 TKI di seluruh dunia yang ditahan karena terjerat sindikat jaringan narkoba.
"Mengenai bahaya narkoba ini, saya berpesan agar calon TKI/TKI benar-benar mewaspadai. Jangan mudah terbujuk rayu orang tidak dikenal," ujarnya.
Dalam melepas 53 TKI formal asal Medan yang akan bekerja di Malaysia itu, secara simbolis Kepala BNP2TKI menyerahkan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) kepada lima orang perwakilan TKI.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Masyarakat Karo Siap Gugat Presiden
Redaktur : Tim Redaksi