Kepala BPPSDMP Kementan Sebut Pangan seperti NKRI, Harus Harga Mati

Jumat, 17 September 2021 – 14:44 WIB
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi memberi pengarahan kepada para penyuluh pertanian di BPP Abiansemal, Kabupaten Badung, Jumat (17/9). Foto: BPPSDMP

jpnn.com, BADUNG - Penyuluh pertanian sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian, selain petani.

Merekalah yang menjadi ujung tombak meningkatkan kualitas petani hingga mampu menggenjot produktivitas.

BACA JUGA: Kementan Puji Sosok Petani Milenial Bali Luar Biasa yang Sukses Bangun Smart Farming

"Penyuluh merupakan teman senafas dan seperjuangan dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Perannya sangat penting dan sangat mulia karena menyediakan pangan bagi rakyat Indonesia, bahkan dunia," kata Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi saat memberi pengarahan kepada para penyuluh pertanian di BPP Abiansemal, Kabupaten Badung, Jumat (17/9).

Dedi juga menyampaikan, di tengah masa pandemi ini yang menyelamatkan ekonomi Indonesia adalah sektor pertanian.

BACA JUGA: Kementan: SDM Tetap jadi Kunci Peningkatan Produktivitas Pertanian

Artinya dengan kata lain, petani dan penyuluhlah yang menyelamatkan ekonomi nasional dan daerah, di saat sektor-sektor lain terpuruk karena wabah Corona.

"Sektor pertanian mampu bertahan dan justru tangguh di era pandemi karena tumbuh positif, bahkan menyerap tenaga kerja terbesar saat ini. Sektor ini di daerah menjadi pilihan utama bagi orang-orang yang terdampak pandemi, seperti orang yang terkena PHK maupun pengurangan karyawan," kata Dedi.

BACA JUGA: Kepala BPPSDMP: Kostratani Program Pemerintah untuk Sejahterakan Rakyat

Melihat fakta-fakta pentingnya sektor pertanian tersebut, Dedi bahkan menegaskan, seperti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pangan itu harga mati.

"Pangan itu kebutuhan pokok. Pangan itu sama dengan NKRI. Harus harga mati. Karena negara tidak boleh krisis pangan. Artinya pertanian itu harga mati, petani dan penyuluh juga harga mati. Luar biasa perannya untuk pembangunan pertanian Indonesia," lanjut Dedi.

Dalam kesempatan itu Dedi Nursyamsi mengajak penyuluh dengan didukung Muspika untuk sama-sama kembali menggarap pertanian dengan optimal.

"Dalam kondisi apapun, penyuluh pertanian harus semangat. Harus fight dalam mentransfer ilmu kepada petani, juga mendampingi petani, meningkatkan ketrampilan mereka dan sebagainya agar produktivitas meningkat," jelasnya.

Dedi mengingatkan, Indonesia mampu swasembada beras bahkan sebagai pengimpor beras terbesar pada 1984 lalu.

Semua bisa dicapai setelah adanya percepatan produktivitas lewat penyuluhan.

"Jaman dahulu ada PPL yang terjun ke petani. Mereka ini penyuluh-penyuluh yang berperan dalam pencapaian swasembada beras. Itulah peran besar penyuluh," kata Dedi Nursyamsi.

Dia mengajak untuk mengambil semangat dari fakta-fakta tersebut.

Bahkan Dedi yakin Indonesia bisa lebih dari pencapaian saat 1984.

"Kuncinya kalau kita semua punya semangat, punya daya juang, punya niat baik, demi ketahanan pangan," ucap dia.

Dalam kunjungannya kali ini, secara simbolis Dedi juga me-launching ruang Kostratani (Komando Strategi Pembangunan Pertanian) dan melihat-lihat produk yang dihasilkan oleh Kostratani.

"Kostratani harus mendapat tempat di hati para petani. Kehadirannya tidak boleh hanya secara fisik tetapi sepak terjangnya yang harus ditunjukkan," jelasnya.

Dedi juga menyinggung agar para petani, Poktan, Gapoktan, KWT, P4S, petani milenial untuk memikirkan olahan produk pertanian.

"Bukan hanya tanamnya yang digalakkan tapi juga olahan dan pengemasan. Pemasaran harus dipikirkan. Bisa secara online atau masuk ke marketplace. Tentu ini akan memberi nilai lebih. Hasilnya lebih besar," ungkap Dedi.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Badung Ir. Made Mertayasa menjelaskan, pertanian di daerahnya justru maju di masa pandemi.

Pertumbuhan di sektor pertanian bertumbuh dan menopang pendapatan daerah.

"Saat sektor pariwisata yang menjadi andalan utama Kabupaten Badung sedang terpuruk, pertanian bisa memberikan devisa," katanya.

Semua itu, lanjut Mertayasa, karena peran penyuluh pertanian yang mampu mengajak berbagai pihak untuk terjun kembali dan menggerakkan sektor pertanian.

Padahal di Kabupaten Badung, tenaga penyuluh pertanian bisa dibilang masih kurang.

"Karena yang ideal adalah 1 desa 1 penyuluh, namun Pemkab Badung belum bisa memenuhi. Jika penyuluh semakin banyak kita yakin pertanian di Badung semakin maju, produktifitasnya juga meningkat," ujar Mertayasa.

Di berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pentingnya untuk lebih memberdayakan para penyuluh.

"Selain tangan petani, penyuluh pertanian sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Merekalah yang menjadi ujung tombak meningkatkan kualitas petani sehingga mampu menggenjot produktivitas," kata Mentan Syahrul. (mrk/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepala BPPSDMP Kementan Apresiasi Anak Muda Bertani


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Tim Redaksi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler