jpnn.com, JAKARTA - Kepala Pusat Pengkajian Nusantara Pasifik (PPNP) Haris Rusly Moti mengatakan, drama seleksi calon wakil presiden menjelang Pilpres 2019 tidak ubahnya aksi kocak Doraemon dengan kantong ajaibnya.
“Jika kantong ajaib Doraemon itu bisa dimaterialkan di alam nyata digital, kantong ajaib tersebut bisa saja dipakai untuk menyeleksi cawapres Joko Widodo dan Prabowo Subianto,” kata Haris, Rabu (8/8).
BACA JUGA: Jenderal Kardus, Kapan Mau Ganti Presidennya?
Menurut dia, penentuan cawapres dilakukan secara rahasia pada era yang sudah sangat terbuka seperti saat ini.
Padahal, imbuh Haris, pemilihan sejumlah pejabat negara seperti pimpinan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) dilakukan secara terbuka.
BACA JUGA: Elite PAN Sebut Tuduhan Andi Arief Jahat Banget
“Katanya cawapresnya ada di kantong Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Hanya beliau berdua beserta ketum parpol dan Tuhan yang tahu sosok yang akan diajukan,” kata Haris.
Menurut dia, situasi semakin aneh karena penentuan cawapres sangat bergantung selera ketua umum partai politik.
BACA JUGA: Ratusan Santri dari 40 Ponpes Dukung Jokowi 2 Periode
“Seakan-akan seluruh kader dan konstituen parpol tidak punya hak konstitusional untuk turut menentukan capres dan cawapres yang akan diusung,” kata Haris.
Dia lantas mencontohkan praktik politik modern saat Golkar dan Demokrat menggelar konvensi untuk menentukan calon presiden.
Menurut Haris, jika kaum terpelajar membiarkan situasi politik bernegara seperti ini, Indonesia akan dikuasai segelintir kartel politik keluarga yang bersekongkol dengan kartel ekonomi.
“Demokrasi ekonomi, kedaulatan rakyat, dan kemandirian bangsa dan negara otomatis tenggelam dengan sendirinya,” ujar Haris. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bang Ray Sebut Ijtimak Ulama Tanpa Visi Jelas, Nih Alasannya
Redaktur & Reporter : Ragil